Larangan Israel untuk Umat Kristen Gaza Rayakan Natal di Betlehem dan Yerusalem
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Umat Kristen di Jalur Gaza terpaksa mengurungkan niatnya untuk merayakan Natal di kota suci seperti Betlehem dan Yerusalem. Karena, tahun ini, otoritas Israel tidak memberikan izin umat Kristen Gaza mengunjungi Israel dan Tepi Barat, yang mana di daerah tersebut terdapat situs-situs suci umat Kristen. 

Peraturan yang baru saja otoritas Israel keluarkan menyalahi peraturan sebelumnya. Pada 2018, Israel masih memberikan izin untuk hampir 700 orang umat Kristen Gaza melakukan perjalanan ke Yerusalem, Betlehem, Nazaret dan kota-kota suci lainnya, yang didatangi ribuan peziarah setiap musim liburan. Di Jalur Gaza, terdapat sekitar 1.000 orang penganut agama Kristen, kebanyakan dari mereka adalah Ortodoks Yunani.

Dilansir dari Reuters, Jumat 13 Desember 2019, Juru Bicara kelompok militer Israel mengatakan bahwa umat Kristen Gaza akan tetap diberikan surat izin untuk bepergian ke luar negeri, namun tidak boleh melewati area Israel dan Tepi Barat. 

Pihak militer Israel mengatakan pelarangan tersebut dilakukan sebagai bentuk penjagaan ketat Israel terhadap pergerakan masyarakat Jalur Gaza. Wilayah Jalur Gaza dikuasai oleh Hamas, sebuah kelompok Islam yang Israel anggap sebagai kelompok teroris.

Juru bicara militer Israel juga mengatakan, umat Kristen Gaza tetap diizinkan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri melalui perbatasan Jembatan Allenby, Tepi Barat, dengan Yordania. Jembatan Allenby merupakan satu-satunya titik akses ke Yordania.

Para pemimpin Umat Kristen di Yerusalem mengutuk peraturan baru tersebut. Mereka meminta otoritas Israel segera mencabut larangan tersebut. 

"Warga lain di seluruh dunia diizinkan untuk mengunjungi Betlehem. Kami pikir Umat Kristen Gaza juga memiliki hak yang sama," ujar Wadie Abu Nassar, seorang penasihat gereja setempat.

Kesedihan tidak dapat berkumpul dengan keluarga saat Natal disampaikan oleh seorang wanita. Wanita tersebut menyuarakan harapannya agar Israel segera mengubah kebijakannya sehingga ia dapat mengunjungi keluarganya yang tinggal di kota Ramallah, Tepi Barat.

"Setiap tahun saya berdoa agar mereka (Israel) memberi izin kepada saya agar dapat merayakan Natal dan menjenguk keluarga saya. Akan lebih menyenangkan lagi merayakan Natal di Betlehem dan Yerusalem," kata Randa El-Amash, wanita tersebut.

Sejak lama Israel sangat gencar mempertahankan batas wilayahnya terhadap warga Gaza yang melakukan perjalanan melewati Tepi Barat. Mereka beralasan melakukan hal tersebut karena banyak warga Palestina dari Gaza tinggal menetap secara ilegal ketika diberikan izin jangka pendek.