<i>Di Mata Semesta</i> Mengajarkan Bagaimana Memperlakukan Manusia Secara Setara
Dewa Budjana, Asteriska, dan Hindia (Dok. Program Peduli)

Bagikan:

JAKARTA - Tiga musisi lintas generasi dan genre berkolaborasi membuat sebuah lagu bertema hak asasi manusia (HAM). Diinisiasi Program Peduli yang menggawangi gerakan Indonesia inklusif (#IDInklusif), lagu bertajuk Di Mata Semesta tercipta melalui sentuhan tangan Dewa Budjana, Asteriska, dan Baskara Putra (Hindia).

Dalam kolaborasi ini, Dewa Budjana berperan sebagai komposer dan arranger, sedangkan Hindia menulis lirik dasar yang kemudian dikembangkan bersama rekan duetnya, Asteriska. Ketiganya berhasil menyelesaikan lagu ini pada November kemarin. 

Kolaborasi ini semakin lengkap berkat musisi pendukung Saat Syah (pemain suling), Jalu G. Pratidina (pemain kendang), dan Ronald Fristianto (pemain drum).

“Jadi, secara instrumentasi tradisi, saya ambil perkusinya dari Jawa Barat, sulingnya dari Kalimantan.”

Dewa Budjana

Dalam keterangan tertulis yang diterima VOI dijelaskan, selain diisi instrumen khas Nusantara, lagu ini juga dihiasi unsur sinden oleh Asteriska.

Dewa Budjana yang merupakan musisi senior juga dikenal sebagai musisi yang toleran. Ia kerap terlibat memproduksi lagu-lagu bernuansa religi untuk beberapa agama di Indonesia. Sementara itu, Hindia adalah musisi muda yang peduli pada makna di balik suatu karya dan Asteriska merupakan penyanyi yang peduli terhadap musik Nusantara.

Lagu Di Mata Semesta mengajak pendengar untuk melihat dan memperlakukan setiap manusia secara setara dan semartabat. Video lagu ini menampilkan cuplikan dokumentasi dari berbagai wilayah kerja Program Peduli di Indonesia. “Di mata semesta, kau dan aku sama saja,” begitu ucap dan isyarat berbagai wajah dan anak Indonesia dalam bahasa daerahnya masing-masing. 

Budjana lantas memberikan pandangannya terkait inklusi sosial. Kata gitaris band GIGI, soal mayoritas dan minoritas selalu di mana-mana ada. Tapi, dalam perlakuan seharusnya semua sama. Ia menegaskan, musik bisa menjadi media untuk menumbuhkan semangat positif di masyarakat. 

“Ini bisa jadi hal yang positif ya tentunya karena musik itu harusnya selalu positif buat semua orang. Nada-nada itu kan walaupun nada disonan pun itu akan tetap bisa jadi enak sebenarnya. Ya mudah-mudahan itu bisa jadi contoh untuk kehidupan bermasyarakat yang lain,” tutup Budjana.