Imam Besar Masjid Istiqlal: Jangan Memaksa Ibadah di Masjid
Masjid Istiqlal (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar meminta agar masyarakat tidak memaksakan diri untuk melaksanakan salat Idulfitri di masjid seperti Lebaran di tahun sebelumnya, karena pademi COVID-19. Utamanya, bagi masyarakat Jakarta yang biasa melaksanakan salat Idulfitri di Masjid Istiqlal.

Menurut dia, mencintai masjid adalah bagian yang paling membanggakan bagi umat Islam. Namun, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, masyarakat diminta meneladani kisah Rasulullah SAW yang meminta sahabatnya tidak usah datang ke masjid saat hujan deras.

"Rasulullah SAW pada suatu saat ketika di Madinah meminta sahabatnya tidak usah ke masjid karena hujan deras. Itu hujan air. Tapi di luar kita ini kan hujan corona," kata Nasaruddin dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Sabtu, 23 Mei.

"Hujan air saja Rasulullah meminta tidak usah ke masjid tapi salat lah di rumah, apalagi ini hujan virus corona yang sangat mematikan,"

Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar

Dia meminta kepada masyarakat tak perlu memaksakan diri untuk melakukan kegiatan peribadahan secara masif jelang Hari Raya Idulfitri seperti takbir beramai-ramai di masjid atau bahkan beramai-ramai salat Idulfitri di masjid.

Apalagi, sudah banyak anjuran dan dahlil yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga pimpinan ormas keagamaan, termasuk para pemuka agama mengenai salat di rumah saat pandemi COVID-19. Sehingga, sudah seharusnya umat muslim mengikuti anjuran-anjuran yang sudah ada, terutama, anjuran dari para ulama.

"Sebagai warga bangsa, khususnya umat Islam, siapa lagi yang akan kita ikuti kalau bukan ulama atau umara kita," ungkap Nasaruddin.

"Kita sangat mencintai masjid, kesemarakkan Idulfitri. Tapi kali ini sangat spesial dan penyebab spesialnya dari Allah maka kita serahkan pada Allah," imbuh dia.

Masjid Istiqlal (Angga Nugraha/VOI)

Pergi ke masjid adalah sunah

Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga menyatakan dalam beribadah harusnya umat Islam mengutamakan yang wajib, yaitu menjaga keselamatan jiwa dan keluarga. Sementara pergi ke masjid adalah sunah.

"Beragama yang benar ialah mendahulukan yang wajib baru sunah. Kalau kita mendahulukan sunah baru wajib, itu kurang tepat dalam menjalankan agama," jelasnya.

Beragama, kata dia, juga tidak boleh egois tanpa mementingkan orang lain. Nasaruddin mencontohkan, tidak boleh bagi umat Islam egois ingin mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya dengan salat di masjid namun ketika pulang dia malah membawa penyakit bagi keluarganya.

Padahal, bulan Ramadan masih ada di tahun depan dan diharapkan dalam keadaan yang lebih normal sehingga bisa kembali beribadah di masjid.

"Kasihan bapak ibu kita yang sudah tua. Daya tahan tubuhnya kurang. Mungkin kita sehat tapi ortu kita jadi korban akhirnya enggak bisa menjumpai bulan Ramadan tahun depan," ungkap Nasaruddin.

"Mari kita menghemat umur. Berikhtiar memilih takdir yang lebih baik untuk kita dan inilah ajaran Islam yang sesungguhnya," tambahnya.

Sebelumnya, melalui Kementerian Agama, pemerintah memutuskan Idulfitri 1 Syawal 1441 Hijriah  jatuh pada hari Minggu tanggal 24 Mei. "1 Syawal 1441 H jatuh pada hari Ahad atau Minggu tanggal 24 mei 2020," ujar Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Jumat, 22 Mei. 

Situasi Lebaran tahun ini juga dipastikan akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena ada pandemi COVID-19. Karena pemerintah telah melarang pelaksanaan salat Idulfitri di masjid maupun lapangan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).