Menjawab Ketidaktahuan BNN soal Manfaat Ganja untuk Kesehatan
Ilustrasi foto (Jirapong Pngngjiam/Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengeluarkan pernyataan menggelitik. Deputi Pemberantasan BNN Arman Depari mengaku tak tahu ada perusahaan farmasi dunia yang memanfaatkan ganja sebagai obat.

Ditemui wartawan di Kantor Kemenkopolhukam, Arman yang baru saja menemui Mahfud MD untuk membahas peredaran narkoba menyebut tak ada penelitian ilmiah soal manfaat penggunaan ganja. Pernyataan Arman sejatinya cukup membingungkan.

Sebab, usai menyebut tak ada penelitian ilmiah tentang manfaat ganja, Arman justru mengatakan, "Sekalipun ada, permasalahannya tentu obat yang lain masih ada. Jadi, belum bisa dipertanggungjawabkan secara medis," ungkap Arman, Kamis, 5 Desember.

Lebih lanjut, Arman mengatakan, sekalipun ada penelitian yang bisa membuktikan manfaat ganja bagi kesehatan, ia lebih memilih alternatif obat kimia sebagai penyembuh.

"Kemudian masih ada alternatif obat lain. Kecuali memang sudah tidak ada obat lain. Ya, mungkin bisa dicoba. Tapi, yang jelas sampai saat ini belum ada hasil penelitian itu," kata Arman.

Tak cuma soal penelitian. Arman juga menyebut keraguan terhadap ganja medis didukung oleh fakta bahwa tak ada satu pun perusahaan farmasi yang hari ini menggunakan senyawa ganja sebagai obat. Karenanya, bagi Arman, manfaat ganja untuk kesehatan tak dapat dipertanggungjawabkan.

"Di Indonesia dan di seluruh dunia belum ada yang merekomendasikan ganja atau kandungannya yang disebut dengan THC, Tetrahydrocannabinol itu sudah direkomendasikan untuk mengobati penyakit tertentu. Ttu belum ada," kata Arman.

Menjawab Arman

Sedikit cerita tentang Dustin Sulak. Profesor bedah asal Amerika Serikat itu pernah memberikan testimoni penting tentang penelitian ganja medis yang ia lakukan. Dustin bahkan menyebut pernah memberikan ganja kepada pasiennya yang menderita penyakit kronis.

Hasilnya, ganja bereaksi sangat baik. Menurut testimoni yang dikutip dari hellosehat.com, Dustin bersaksi bahwa ganja membantu meringankan kejang otot bagi pasiennya yang menderita multiple sclerosis. Bahkan, ganja membantu pasien dengan peradangan usus parah untuk kembali makan.

Di Amerika Serikat sendiri, setidaknya ada empat jenis obat dengan saripati ganja yang dimanfaatkan demi keperluan medis. Obat pertama adalah Marinol dan Cesamat. Dua obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan kehilangan nafsu makan akibat kemoterapi dan pada pasien pengidap AIDS.

Kedua obat ini merupakan bentuk lain dari THC, yang merupakan senyawa utama tanaman ganja yang memberikan efek tinggi. Selanjutnya adalah obat Epidiolex yang biasa diberikan kepada anak-anak penderita epilepsi.

Yang keempat adalah Sativex. Sativex biasa digunakan untuk meringankan penderitaan pasien kanker payudara. Ramuan dari Sativex merupakan kombinasi sejumlah senyawa dalam tanaman ganja. Cara penggunaannya adalah dengan disemprotkan ke dalam mulut.

Jika bukan membaca, barangkali BNN bisa mengikuti atau sesekali menonton gelaran Ultimate Fighting Championship (UFC) untuk mengenal seorang petarung UFC bernama Nate Diaz. Diaz dikenal sebagai aktivis sekaligus pebisnis ganja medis.

Dalam sebuah kesempatan, di atas ring, di depan sorot kamera dan puluhan mata yang menyaksikan sesi latihan terbukanya, Diaz secara terang mengisap ganja sembari melakukan peregangan otot. 

Menurut laporan ESPN, petarung welterweight itu bahkan diketahui membangun sebuah perusahaan farmasi yang menjadikan CBD atau cannabidiol --senyawa alami tanaman ganja-- sebagai bahan racikan utamanya.

Diaz menamai perusahaan tersebut dengan Game Up Nutrition. Bisnis ini ia jalankan bersama saudaranya, Nick. Game Up Nutrition memanfaatkan senyawa CBD untuk membuat obat penghilang rasa sakit.

Selain itu, Game Up Nutrition juga menggunakan CBD sebagai obat untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan. Di kalangan petarung mixed martial art (MMA), obat-obatan yang diproduksi Game Up Nutrition terbilang populer dan banyak digunakan sebagai pilihan alami untuk mengobati berbagai luka sisa pertarungan.

Dalam sebuah pernyataan, Diaz sempat menyampaikan kebahagiaan atas banyaknya petarung yang mulai memilih CBD sebagai obat alami. ”Saya katakan, ini adalah jalan yang baik (CBD). Dan sejujurnya, saya senang membagikannya (kepada petarung)," kata Diaz dikutip Metro, Kamis, 5 Desember.

Legalisasi ganja medis sendiri sudah dilakukan di banyak negara dunia. Amerika Serikat, Peru, Portugal, Australia, Korea Utara, bahkan Thailand dan negeri serumpun, Malaysia.