Bentrokan Ormas di Bekasi, Antara Nama Besar dan Prinsip
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Dua organisasi masyarakat (ormas) terlibat bentrokan di kawasan Jalan Ngurah Rai, Bintara, Kota Bekasi. Akibat dari insiden itu, dua orang mengalami luka-luka dan empat kendaraan hangus terbakar. Saat diusut polisi, pemicu bentrokan itu hanyalah masalah sepele.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua bermula ketika ormas Pemuda Pancasila (PP) tak membayar kopi yang dipesan di sebuah warung. Sehingga, terjadi perselisihan dan pengeroyokan kepada pedagang kopi yang merupakan anggota ormas Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT).

Pengamat hukum pidana Universitas Al Azhar Suparji Ahmad mengatakan, ada faktor lain yang memicu bentrokan tersebut, yaitu eksitensi kelompok. Dengan alasan tersebut, para anggota ormas biasanya mudah terpancing atau terprovokasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan kekerasan.

"Eksistensi ormas tersebut dari anggota yang banyak atau sudah punya nama besar. Sehingga merasa harus mempertahankan eksistensinya," ucap Suparji kepada VOI, Jumat, 22 Mei.

Selain itu, lanjut dia, kemungkinan lain yang menjadi faktor pemicu bentrokan antara ormas biasanya karena prinsip menjaga solidaritas ormas. Sehingga, mereka mengganggap tak boleh ada yang melukai, menghina, dan berbuat jahat kepada anggotanya.

Ketika ada pihak atau orang yang melakukan sesuatu kepada anggotanya, maka yang lain akan tersulut dan memilih untuk membalas perbuatan tersebut. Dengan faktor-faktor pemicu itulah marak terjadi bentrokan antar ormas yang padahal diawali masalah sepele.

"Mungkin merasa suatu yang prinsip, sehingga harus melakukan pembelaan. Mengingat ormas pada umumnya memiliki solidaritas yang tinggi," singkat Suparji.

Terkait dengan bentrokan ormas yang terjadi Kamis, 21 Mei, Kasubag Humas Polda Metro Bekasi Kota Kompol Erna Ruswing menyebut, pengeroyokan pedagang kopi bernama Toto itu karena para ormas Pemuda Pancasila tak terima salah satu rekannya, Iwan, diperlakukan kasar. Padahal, mereka justu yang bersalah lantaran tak mau membayar pesanannya.

"Toto minta uang kopi dan terjadi adu mulut sehingga Iwan marah dan menendang Toto yang kemudian Toto membanting Iwan dan mengakibatkan kepalanya luka," kata Erna.

Selain itu, pemicu utama bentrokan, kata Erna, ketika salah satu anggota Pemuda Pancasila menantang organisasi silat tersebut. Sehingga, Toto yang merupakan salah satu anggotanya menginformasikan kepada rekan-rekannya.

Kendati demikian, persoalan itu sempat dicegah dengan bermediasi antar kedua orams. Tetapi hal itu percuma karena mereka justru terlibat bentrokan yang mengakibatkan dua orang menjadi korban luka-luka.

Hingga akhirnya, bentrokan itu berhasil diredam oleh polisi dan kembali menggelar mediasi antara ormas Pemuda Pancasila dan ormas PSHT. Hasil mediasi itu, mereka sepakat tak akan memperpanjang masalah dan menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan.

"Kedua belah pihak menerima permasalahan ini diselesaikan secara musyawarah dan mufakat," pungkas Erna.