Afsel Catat Kasus Kematian Pertama Akibat COVID-19 pada Bayi Baru Lahir
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Afrika Selatan (Afsel) mencatat kematian akibat COVID-19 pada bayi yang baru lahir untuk pertama kalinya. Hal tersebut terjadi ketika Afsel tengah menghadapi jumlah kematian yang terus melonjak, kata Kementerian Kesehatan. 

Dilansir dari Reuters, Kamis 21 Mei, bayi berusia dua hari itu lahir prematur dan mengalami kesulitan bernapas dan membutuhkan dukungan ventilator segera setelah lahir. 

“Ibunya dites dan positif COVID-19. Anak itu juga dites positif COVID-19. Penting untuk melihat kompleksitas dari kondisi prematur yang mendasarinya,” kata Menteri Kesehatan Zweli Mkhize dalam sebuah pernyataan.

Afsel merupakan negara yang memiliki kasus COVID-29 tertinggi di benua Afrika. Negara tersebut melaporkan bahwa terdapat 803 kasus baru dalam siklus 24 jam. Total keseluruhan kasus COVID-19 di Afsel saat ini menjadi 18.003 dan 339 di antaranya meninggal dunia. 

Selain menghadapi orang yang terjangkit COVID-19, negara tersebut juga mengerahkan sumber daya yang besar untuk mencegah orang miskin agar tidak kelaparan karena wabah COVID-19 ini membuat mereka tidak bekerja. Tetapi warga yang tidak berdokumen dan migran yang terdampar menghadapi kelaparan ketika mereka menyelinap masuk negara tersebut. 

Sekitar 11.000 keluarga menunggu paket makanan pada Rabu 20 Mei dalam antrean membentang beberapa kilometer di luar ibu kota Afsel, Pretoria. Pekerja bantuan memperkirakan lebih dari setengah dari mereka yang menunggu distribusi bantuan ketiga pada bulan ini adalah migran.

Presiden Afsel Cyril Ramaphosa telah dipuji karena mencoba mengurangi dampak dari pembatasan kegiatan selama dua bulan. Ia menyisihkan 50 miliar rand (2,78 miliar dolar AS) sebagai hibah untuk orang miskin, yang mana jumlahnya setengah dari warga negara paling maju di Afrika tersebut.

Tetapi untuk mengklaim hadiah atau paket makanan, masyarakat memerlukan identitas negara tersebut, yang mana tidak berhak diterima oleh migran. Namun banyak juga warga Afsel dari daerah miskin gagal mendapatkannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keprihatinannya tentang meningkatnya jumlah kasus virus corona baru di negara-negara miskin. Hal tersebut terjadi ketika banyak negara maju mulai memperlonggar aturan pembatasan kegiatan. 

"Kami masih memiliki jalan panjang untuk menghadapi pandemi ini. Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.