Seorang Bayi Meninggal karena Penyakit Kawasaki yang Berkaitan dengan COVID-19
Ilustrasi foto (Natanael Melchor/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang bayi berusia delapan bulan di Britania Raya meninggal setelah menjadi penyintas termuda penyakit kawasaki yang berkaitan dengan COVID-19. Namanya adalah Alexander Pasons atau lebih akrab dipanggil Alex. 

Dokter anak sekaligus Presiden Royal College of Paediatrics and Child Healt, Russel Viner yang mengetahui kasus itu merasa khawatir sehingga ia menulis surat kepada National Health Service --lembaga kesehatan Inggris-- tentang bahaya penyakit ini pada 25 April. Hari di mana Alex meninggal.

Virus corona baru disebut-sebut bisa memicu munculnya penyakit kawasaki. Untuk itu, petugas medis memberi nama pada kondisi mematikan ini dengan PIMS-TS dalam perang melawan COVID-19.

Terlihat seperti tidak ada gangguan kondisi kesehatan pada penyakit Alex. Bahkan, dalam sebuah foto, dirinya tampak tersenyum dan sedang bermain selang dua jam sebelum pembuluh darahnya pecah. 

Sang Ibu, Kathryn Rowlands (29) merasa sangat terpukul dengan musibah ini. "Aku tidak akan pernah utuh lagi," katanya dikutip Mirror.

"Akan lebih banyak orang tua merasakan hal yang sama. Kecuali Pemerintah mulai mendengarkan saran para ilmuwan dan berhenti berjudi dengan kehidupan orang-orang," ujar Rowlands.

Rowlands bilang para dokter dan perawat sudah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan Alex. Andai saja mereka tahu lebih banyak keterkaitan antara COVID-19 dan Kawasaki, mereka mungkin akan bisa berbuat lebih.

Tanda-tanda penyakit kawasaki

Gejala pertama pada penyakit Alex adalah munculnya ruam yang tampak seperti terbakar matahari. Gejala lainnya adalah suhu tinggi dan pembengkakan kelenjar getah bening. Saat itu, bisa dipastikan ia terserang penyakit parah. Dan pada saat bersamaan, kedua telapak tangannya akan memerah.

"Kami mengira itu adalah infeksi virus," kata Rowlands. Ketika ia menelpon sambungan kesehatan 111 mereka bilang bahwa hal itu kemungkinan penyakit gondong. Setelah anaknya muntah, Rowlands kembali menelpon. 

Alex lalu dirawat di Rumah Sakit Derriford di Plymouth pada 6 April dan didiagnosis menderita penyakit kawasaki pada hari berikutnya. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak di bawah lima tahun. Namun, karena pandemi, tercatat lebih dari dua ratus kasus pada anak yang berusia hingga 14 tahun.

Saat kondisi Alex memburuk, ia dipindahkan ke RS Bristol Royal for Children. Pemindaian jantung menemukan beberapa pembengkakan pembuluh darah koroner dan terdapat cairan. Setelah pengecekan tersebut Alex meninggal malam berikutnya. 

Rowland menceritakan detik-detik sebelum Alex mengembuskan napasnya yang terakhir. "Saya mencoba menenangkannya di tempat tidur, namun ia begitu kesal," kata Rowlands. "Pecah tangis yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Lalu aku memeluk dan bernyanyi untuknya sampai ia terkulai di tanganku."

Rowlands tak pernah pergi menjauh dari ruangan tempat anaknya dirawat. Ia tidak ingin membuat anaknya berpikir bahwa ibunya akan meninggalkannya. 

Kemudian, para dokter keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa pembuluh darah Alex telah pecah dan tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi. Setelah itu, Rowlands masuk dan berbaring di sebelah anaknya. 

Ironinya, pembatasan COVID-19 membuat ayah Alex, Jon tidak bisa berada di sana ketika putranya meninggal. Jarak dari RS ke rumah mereka memakan waktu dua jam dan hanya salah satu dari orang tua yang diperbolehkan menemani anaknya pada saat itu karena pandemi.

"Ketika aku sedang bersiap-siap untuk tidur, lalu aku mendapat telpon histeris dari Kath. Saya tidak bisa mendengar apa yang ia katakan sampai seorang perawat mengambil telepon dan menjelaskan bahwa Alex mengalami serangan jantung," cerita Jon.

Ketika Jon menyusul ke RS, ia tahu bahwa dirinya sudah terlambat. "Saat saya tiba, para perawat membawa saya ke kamar dan Kath dan Alex sama-sama sedang berbaring di sana. Saya lalu memeluk mereka," tutur Jon.

Rowlands bilang pemerintah perlu mengeksplorasi hubungan antara COVID dan Kawasaki. "Fakta bahwa pemerintah ingin anak-anak kembali ke sekolah pada 1 Juni adalah ide gila. Lebih banyak anak akan mati," katanya. 

Eropa dan AS melihat adanya lonjakan penyakit kawasaki yang berkaitan dengan COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Setidaknya empat anak lainnya --tiga di New York dan satu di Perancis-- telah meninggal karena kondisi tersebut.

Lembaga Pencegahan dan Kontrol Penyakit Eropa mengatakan pada hari Jumat bahwa Eropa telah melihat sekitar 230 kasus yang terjadi pada anak-anak berusia sampai 14 tahun.