Kesimpulan Tidak Ada Gelombang Dua COVID-19 Dinilai Terlalu Dini
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kesimpulan tidak ada penyebaran virus COVID-19 gelombang dua seperti yang disampaikan gugus penanganan dinilai terlalu dini. Sebab, pernyataan yang disampaikan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito belum didukung dengan data.

Demikian disampaikan Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyikapi pernyataan Wiku. Dia pun menyesalkan  hal tersebut. Sarusnya pernyataan itu sudah disertai dengan data yang disajikan. Bukan hanya sebatas pernyataan.

"Terlalu dini untuk menyatakan itu (gelombang dua tidak terjadi) karena puncak gelombang satu saja belum terjadi. Juga, klaim itu tidak didukung argumentasi yang valid," kata Dicky kepada VOI lewat pesan singkat, Kamis, 14 Mei.

Kata dia, apabila tim penanganan COVID-19 ini ingin menyatakan tidak ada gelombang kedua, minimal ada data yang menyebutkan tidak ada kasus baru selama dua minggu. Sedangkan saat ini setiap hari selalu ada penambahan kasus baru. Kemudian tes sudah dilakukan minimal satu persen penduduk dan angka kematian pun menurun.

Selain itu, rasio antara jumlah kasus positif corona terhadap total tes polymerase chain reaction (PCR) yang dilaksanakan atau positivity rate paling tidak berada di angka lima persen dan pelacakan kasus atau tracing harus berada di angka 80 persen.

Dicky mengatakan, misalnya beberapa hal tersebut sudah terjadi di Indonesia maka tugas selanjutnya adalah tetap menjaga kondisi yang ada.

"Kondisi seperti itu harus dijaga sampai vaksin atau obat ditemukan dan didapatkan oleh semua penduduk yang rentan," ungkapnya.

Dia mengatakan, Indoneia harusnya tidak lagi mengulang apa yang terjadi di awal masa pandemi yaitu membuang waktu untuk melakukan mitigasi dalam rangka mencegah jatuhnya korban akibat COVID-19.

Dicky bahkan mengatakan, pandemi ini akan berjalan panjang. Keadaan ini, bisa makin memburuk ketika perilaku masyarakat belum berubah untuk mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dan strategi pengujian, pelacakan, dan isolasi yang dilakukan pemerintah tidak ideal.

"Jadi dasar klaimnya itu tidak memiliki landasan yang kuat. Saya mohon jangan lagi kita mengulangi apa yang terjadi di awal pandemi," tutupnya.

Adapun dalam konferensi pers mengenai perkembangan penyebaran COVID-19, Wiku menanggapi pertanyaan soal kemungkinan adanya gelombang kedua penyebaran virus ini di Indonesia. Wiku menilai, gelombang baru ini seharusnya tidak terjadi.

"Gelombang kedua (penyebaran COVID-19) seharusnya tidak terjadi tapi kita tetap harus siap untuk itu," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan secara virtual di akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 14 Mei.

Namun, gelombang kedua penyebaran COVID-19 ini mungkin terjadi ketika masyarakat tidak menjalankan protokol kesehatan yang ketat seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan rajin mencuci tangan serta tidak berpergian selama tidak mendesak.

"Gelombang kedua kemungkinan terjadi di wilayah yang masyarakatnya tidak menerapkan protokol kesehatan," ungkap dia.

Untuk mencegah terjadinya gelombang dua virus corona, Gugus Tugas akan terus memantau perkembangan kasus di daerah. Hanya saja, semua kerja pencegahan ini akan berhasil tergantung pada peran masyarakat. 

"Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik namun kami tidak bisa melakukan ini sendirian. Kita butuh semua warga Indonesia untuk bergotong royong," ungkapnya.