Inggris Longgarkan <i>Lockdown</i> Ketika Angka Kematian COVID-19 Terbesar Kedua di Dunia
PM Inggris Boris Johnson (Instagram/@borisjohnsonuk)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson menyatakan, pemerintah belum berniat mengakhiri lockdown. Meski demikian, Pemerintah Inggris diketahui akan secara perlahan melonggarkan langkah-langkah lockdown yang menyebabkan matinya sebagian besar ekonomi selama tujuh minggu. Oleh sebab itu, PM Boris Johnson mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap risiko COVID-19.

Dilansir Reuters, Senin, 11 Mei, Johnson memberikan arahan bahwa negara-negara lain di Britania Raya mengambil pendekatan yang sama. Tetapi ada perpecahan langsung dengan para pemimpin di Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara yang mengatakan mereka berpegang teguh pada pesan 'tinggal di rumah' yang masih berlaku hingga kini.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Johnson mengumumkan pelonggaran lockdown yang terbatas, termasuk mengizinkan orang untuk berolahraga di luar ruangan dan mendorong beberapa orang untuk kembali bekerja. "Ini bukan waktunya mengakhiri lockdown. Namun kami mengambil langkah hati-hati pertama untuk memodifikasi tindakan kami," kata Johnson.

Pemerintah Inggris banyak menghadapi kritik atas penanganan pandemi COVID-19. Namun, PM Johnson masih mengupayakan pelonggaran lockdown di negara tersebut. Angka kematian akibat COVID-19 di Inggris sendiri sekitar 31.855, di mana merupakan jumlah kematian tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan lebih tinggi dari Italia.

PM Boris Johnson (Instagram/@borisjohnsonuk)

Bentuk pelonggaran

Johnson mengatakan orang harus terus bekerja dari rumah jika mereka bisa. Tetapi, mereka yang tidak bisa, seperti para pekerja di bidang konstruksi dan manufaktur, harus secara aktif didorong untuk pergi bekerja. 

Mulai Rabu, 13 Mei, orang-orang akan diizinkan untuk melakukan olahraga di luar ruangan dalam jumlah tak terbatas dan duduk di bawah sinar matahari di taman lokal. Masyarakat juga diperbolehkan berkendara dan berolahraga dengan anggota keluarga. 

Keputusan lainnya yaitu mengganti slogan pemerintah 'tinggal di rumah' yang diputar selama beberapa minggu, dikritik oleh partai-partai oposisi yang menyebut pesan 'tetap waspada' yang dinilai ambigu.

Paling cepat, pada 1 Juni, pemerintah Inggris juga akan memulai pembukaan kembali toko-toko secara bertahap dan mendapatkan beberapa siswa untuk kembali ke sekolah, katanya. PM Johnson juga menambahkan, di awal Juli, mungkin ada pembukaan beberapa industri perhotelan dan tempat-tempat umum lain jika mereka menerapkan physical distancing.

Inggris juga akan segera mulai mengarantina orang yang datang ke negara itu melalui jalur udara. “Selama periode dua bulan ke depan ini kita akan didorong bukan hanya oleh harapan atau kebutuhan ekonomi. Namun segalanya didorong berdasarkan sains, data, dan kesehatan masyarakat,” katanya.

"Kami akan memantau kemajuan kami secara lokal, regional, dan nasional dan jika ada wabah, jika ada masalah, kami tidak akan ragu untuk mengeremya," tutup Johnson.