Indonesia Akan Produksi 50 Ribu Alat <i>Rapid Test</i> pada Akhir Mei
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk menyetop penyebaran virus corona atau COVID-19 di Tanah Air. Saat ini, salah satu langkah yang diambil adalah melakukan pengembangan alat tes kesehatan untuk mendeteksi penyebaran virus tersebut.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini pemerintah sedang menyiapkan 10 ribu test kit berupa rapid test yang akan siap pada pekan ini yakni 8 Mei.

Bambang menjelaskan, nantinya rapid test ini akan digunakan untuk mendeteksi Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM) berbasis sintesis.

"Ini merupakan kerjasama UGM, UNAIR dan Hepatika. Apabila 10 ribu ini sudah tes validasi, maka diperkirakan bulan Juni 2020 sudah diproduksi 50 ribu test kit untuk tes secara massal," katanya Selasa 5 Mei.

Ia mengatakan hal itu dalam rapat gabungan virtual bersama Komisi VI, VII, dan IX DPR RI, Menteri Perindustrian RI, Menteri BUMN RI, dan Menteri Kesehatan RI serta Rapat Dengar Pendapat Gabungan dengan Kepala LIPI, Kepala BPPT, Kepala LAPAN, Kepala BPOM, dan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Selain itu, lanjut Bambang, pemerintah juga sedang mengembangkan rapid test untuk mendeteksi antigen berbasis biosensor. Inovasi ini merupakan kerjasama ITB dan Unpad dan RDT untuk deteksi IgG/IgM berdasarkan gen spike dan Nucleocapside.

"Keduanya akhir Juli masuk uji validasi dan sudah bisa diproduksi hasil test kit-nya," tuturnya.

Menurut Bambang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga saat ini sedang mengembangkan rapid test yang akan memiliki keunggulan setara dengan PCR test. Teknologi yang dikembangkan pada rapid test ini berbasis LAMP Turbidimetri dan Kolorimetri.

[see-also]

- https://voi.id/artikel/baca/5366/6-staf-bnpb-positif-covid-19-berdasarkan-i-rapid-test-i

- https://voi.id/artikel/baca/5391/hampir-dua-juta-alkes-penanganan-covid-19-sudah-terdistribusi

- https://voi.id/artikel/baca/5323/perhatian-pemerintah-untuk-relawan-penanganan-covid-19-di-wisma-atlet

[/see_also]

"Ini punya keunggulan setara dengan PCR dengan waktu tunggu untuk lihat hasilnya satu jam. Salah satu keunggulan, reagen yang dibutuhkan dengan PCR, dan mudah-mudahan lebih memudahkan untuk reagen yang bukan PCR, dengan target selesai Juli" katanya.

Kemudian, Bambang menjelaskan, untuk perkembangan PCR test, pemerintah sudah menyiapkan 10 boks dengan masing-masing berisi 25 test kit untuk validasi dan registrasi yang akan siap diproduksi pada akhir bulan ini sebanyak 50 ribu test kit.

"Tentunya desain PCR test kit ini menggunakan analisa bioinformatika dengan virus yang spesifikasi paling dekat yang local transmission atau virus yang ada di Indonesia," tuturnya.

Fokus BPPT

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, Indonesia perlu ekosistem untuk mempertegas bahwa dalam rangka melakukan antisipasi penyebaran maka akselerasi inovasi teknologi terhadap testing harus dilakukan. Kemampuan tracing sangat diperlukan, sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti dengan isolasi dan treatment.

"Di BPPT kami fokus pada penyelesaian test kit yaitu RT-qPCR dan juga test kit diasnogtik rapid disertai dengan kemampuan mobile laboratorium yang memiliki level Bio Safety Level 2 Enhanced (BSL-2E) untuk bisa melaksanakan rapid test," katanya.

Hammam mengatakan, dalam siklus ekosistem ini BPPT melengkapi seluruh proses-proses yang diperlukan, mulai dari penciptaan purwarupa, sertifikasi, uji kelinis, izin produksi, izin edar (EUA), dan produksi industri.

Saat ini, kata Hammam, pemerintah masih menunggu dua bahan baku lagi yang akan datang untuk memenuhi produksi 50 ribu test kit pada akhir bulan Mei.