Penjelasan Harga Minyak Negatif dan Dampaknya Terhadap Arab Saudi
Ilustrasi foto (Zbynek Burival/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kebijakan lockdown di banyak negara karena pandemi COVID-19 membuat pabrik-pabrik terpaksa tutup. Selain itu, orang-orang berhenti bepergian. Praktis, hal itu mengguncang dunia ekonomi. Tak terkecuali sektor minyak mentah. Kemarin lusa, harga emas hitam itu menyentuh angka negatif.

Lalu, apakah itu artinya minyak diberikan secara gratis dan bahkan kita malah mendapat uang? Kemudian, bagaimana dampaknya terhadap produsen minyak besar seperti Arab Saudi? 

Menurut World Economic Forum, lumpuhnya aktivitas ekonomi akibat pandemi membuat permintaan minyak anjlok sekitar 29 juta barel per hari, dari semula 100 juta barel. Anjloknya permintaan memaksa negara-negara pengekspor minyak, OPEC, dan produsen besar lainnya memangkas produksi minyak sebanyak 9,7 juta barel per hari. 

Selain itu, berhentinya pabrik-pabrik, kendaraan pribadi, dan aktivitas tranpsortasi lainnya membuat banyak minyak tertampung. Alhasil, tangki-tangki penampungan stok minyak di banyak negara tetap terisi penuh. 

Bagaimana bisa negatif?

Hal pertama yang perlu diketahui adalah harga minyak yang anjlok sampai berada di wilayah negatif itu adalah harga minyak mentah kontrak berjangka. Kontrak berjangka merupakan kontrak untuk pembelian minyak pada periode tertentu. Misalnya, kita mau membeli minyak untuk bulan depan, kontrak berjangka itu sudah diperjualbelikan saat ini. 

Banyak spekulan yang memperjualbelikan kontrak berjangka ini layaknya jual beli saham. Misalnya saja kita ingin menjadi trader minyak, kita bisa membeli kontrak berjangka minyak mentah mulai dari 1 lot (100 barel).

Namun, ada juga pihak yang memperjualbelikannya karena memang menggunakan minyak mentah tersebut. Misalnya, kilang minyak dan industri maskapai. 

Kedua, yang perlu diketahui, yakni ada berbagai jenis minyak mentah, seperti Alberta, West Texas Intermediate (WTI), Brent dan masih banyak lagi. Perbedaannya dilihat dari karakteristik minyak, seperti tingkat kandungan densitas dan sulfurnya. 

Sementara itu, menurut World Economic Forum, harga yang anjlok adalah minyak mentah jenis WTI dan Alberta. Dan harganya benar-benar negatif. Bisa dibilang harga minyak mentah paling rendah dalam sejarah.

Kemarin lusa, 21 April, harga minyak kontrak berjangka jenis WTI berakhir di -37 dolar AS per barel. Harga ini untuk periode pengiriman Mei yang kontraknya berakhir pada Senin kemarin. Sedangkan untuk jenis Alberta biasanya dijual dengan harga 10-15 dolar AS lebih rendah di bawah harga WTI. 

Kenapa bisa sampai minus? Karena para pemilik kontrak berjangka atau kontrak masa depan berusaha untuk membuang kontrak mereka sebelum minyak benar-benar dikirim tanpa tempat untuk menyimpannya. 

Bagi produsen sendiri, memberikan minyak secara gratis dan bahkan membayar bagi siapapun yang mengambil minyak pada periode Mei ini dinilai lebih murah daripada harus mengeluarkan biaya untuk menutup ongkos produksi lantaran tempat penampungan yang sudah penuh.

Kabarnya, masih menurut World Economic Forum, beberapa produsen minyak besar sampai harus menyimpan kelebihan produksi minyak mereka di laut dengan menyewa kapal tanker dengan biaya tinggi, yakni mencapai lebih dari 100 ribu dolar AS per hari untuk setiap kapal tanker.

Dampak terhadap Arab Saudi

Salah satu negara produsen minyak terbesar Arab Saudi, perekonomiannya sangat bergantung pada pendapatan dari sektor ini. Pendapatan minyak mewakili sekitar 50 persen PDB mereka.

Pasalnya, persentase ekspor Arab Saudi dari sektor ini jumlahnya mencapai 90 persen. Bagi Arab Saudi, untuk bisa menghasilkan uang saja, harga minyak harus lebih dari 20 dolar AS per barel.

Dan mereka memerlukan harga setidaknya 80 dolar AS per barel untuk bisa menyeimbangkan anggaran pemerintahnya. 

Semakin lama pandemi COVID-19 berlangsung, semakin besar kerusakan ekonomi yang dialami oleh para produsen minyak.