Saatnya <i>Menari dengan Bayangan</i> Vokalis .Feast
Baskara Putra (Dok. Sun Eater)

Bagikan:

JAKARTA - Baskara Putra melepas album debut solo bertajuk Menari dengan Bayangan di bawah nama Hindia pada 29 November kemarin. Ini menjadi puncak dari tahun yang besar bagi vokalis, pencipta lagu sekaligus produser berusia 25 tahun asal Jakarta tersebut. 

Selain kian melambung bersama grup .Feast, Hindia pun mendapatkan sambutan yang luar biasa berkat sederet single yang sudah lebih dulu keluar secara berkala sejak Evaluasi dirilis pada Maret lalu.

Seperti halnya karya Baskara bersama .Feast, Menari dengan Bayangan – yang dirilis oleh Sun Eater - berisi lagu-lagu yang mudah menempel di telinga serta lirik yang lugas dan penuh makna. Tapi kalau musiknya .Feast menceritakan fenonema dunia sekitar dengan lensa kecewa dan marah, Hindia berisi berbagai kisah dari kehidupan Baskara. 

Terwujudnya Menari dengan Bayangan terpicu oleh kejadian di awal tahun ini saat Baskara menghadiri konser dari salah satu musisi favoritnya, John Mayer. Seusai nonton, Baskara malah susah beranjak dari tempat tidur selama dua pekan.

“Tiba-tiba pulang dari konser itu, gue berpikir banyak sampai enggak bisa bangun. Selama kontemplasi dalam dua pekan itu, gue mulai berpikir kayak, ‘Apa saja yang sudah gue alami di hidup ini yang mungkin bikin gue jadi kayak ini sekarang? Apa yang salah? Apa yang bisa lebih baik lagi?’" kata Baskara dalam siaran pers yang diterima VOI, Sabtu, 30 November.

“Sampai gue bisa melewati dua pekan yang sangat buruk itu, gue langsung bilang ke Petra, ‘Pet, ini kayaknya album.’" Petra yang dimaksud adalah Petra Sihombing - musisi, pencipta lagu dan produser yang dipercayakan untuk ikut membidani karya-karya Hindia. 

“Gue selalu suka karya Petra karena kualitasnya. Menurut gue Petra selalu bisa menerjemahkan apa pun yang kompleks menjadi sesuatu yang sangat ringan,” kata Baskara.

Setelah membuat garis besar album dan menentukan tema-temanya selama dua pekan itu, Baskara kemudian mencari referensi musik serta produser-produser yang bisa mewujudkan visinya. Maka terpilihlah Kareem Soenharjo untuk memegang Evakuasi dan Jam Makan Siang, Rizky Indriyadi untuk Untuk Apa/Untuk Apa? dan Apapun yang Terjadi, Adhe Arrio untuk Secukupnya, Ibnu Dian untuk Membasuh, serta Rayhan Noor untuk Rumah ke Rumah

Tak ketinggalan juga Wisnu Ikhsantama, yang mengawal proses rekaman dari awal hingga mixing dan mastering, serta nama-nama seperti Sal Priadi, Rara Sekar, Matter Mos, Mohammed Kamga, Natasha Udu, Enrico Octaviano dan Dicky Renanda yang ikut menyumbang vokal maupun instrumen.

Selain 12 lagu yang terdapat di album ini, ada juga tiga voice note oleh perempuan-perempuan yang memiliki makna penting dalam hidup Baskara, termasuk ibunya sendiri. Ketiga skit ini berperan besar dalam memperkuat narasi yang terdapat pada Menari dengan Bayangan, di mana lagu-lagu yang sudah dirilis duluan seperti Dehidrasi dan Jam Makan Siang terasa memiliki makna yang berbeda dalam konteks narasi album. 

“Gue ingin semua lagu yang sudah rilis punya konteks yang berbeda pas masuk album,” kata Baskara.

Alhasil, Menari dengan Bayangan oleh Hindia adalah kisah Baskara yang berawal dari kondisi titik rendah dan membenci kehidupan, lalu kilas balik ke masa kecil dan cita-citanya, kemudian menghadapi dan mengakui kesalahan serta penyesalan seputar karier dan percintaan, sebelum akhirnya bisa ikhlas dan menerima semua itu sebagai bagian dari proses kehidupan. 

Ini sebuah cerita yang personal dengan berbagai detail yang spesifik mengenai Baskara Putra seorang, namun siapa pun yang mendengarnya dapat menemukan hal-hal yang juga dirasakan dan dialaminya. 

“Gue percaya kalau cerita pribadi punya kekuatan yang jauh lebih kuat, yang entah kenapa bisa menggerakkan orang lebih jauh dibanding wejangan umum. Karena kadang-kadang orang baru terbuka, bercerita dan merasa disembuhkan kalau dia punya kedekatan sama orang yang mengobrol sama dia,” kata Baskara. 

“Jadi lo harus membuka diri dulu buat orang lain membuka diri juga, dan dalam percakapan itu akhirnya lo saling menyembuhkan. Gue merasa kalau ternyata ini fungsi gue di masyarakat. Mungkin gue harus mengorbankan privasi gue, dimensi personal gue untuk bisa bantu orang lain yang kayak gue sembuh juga.”