Bisnis <i>Online Travel Agent</i> Terpukul, Penjualan Tiket.com Turun 75 Persen
Ilustrasi lengangnya Jakarta. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi virus corona atau COVID-19 di Indonesia semakin luas penyebarannya. Sektor industri pariwisata adalah salah satu yang paling terdampak akibat wabah ini. Begitu pula online travel agent (OTA) yang harus merugi karena banyak konsumen memilih membatalkan perjalanan mereka.

Perusahaan OTA Tiket.com mengaku dampak virus ini menyebabkan penurunan penjualan. Akibatnya perusahaan perlu mengubah fokus dan prioritas. Managing Director Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia, penjualan tiket mengalami penurunan yang cukup dalam.

"Kami sudah turun 75 persen dari segi penjualan," katanya, dalam video conference bersama wartawan, di Jakarta, Senin, 13 April.

Gaery mengaku, pandemi COVID-19 tidak akan terjadi selamanya, namun belum tahun kapan masa pandemi di Indonesia berakhir. Akibat virus ini, banyak sektor yang terdampak. Sebab, virus ini di luar prediksi dan tidak ada yang dapat memastikan kapan akan berakhir.

"Travel adalah salah satu industri yang pertama kali kena imbasnya dari COVID-19. Belakangan ini banyak customer ingin ubah perjalanan, refund, sampai cancelation," tuturnya.

Terjunnya penjualan membuat manajemen berpikir cara paling cepat untuk menjaga stabilitas fiskal perusahaan. Perusahaan menyusun berbagai asumsi risiko dengan masa darurat yang berbeda-beda. Skenario awal disusun untuk tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun.

Di saat yang sama, perusahaan mengaktifkan survival mode agar sebisa mungkin tak mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut Gaery, PHK adalah opsi terakhir.

"Kami bersyukur, di Tiket.com sampai sekarang tidak ada lay off dan pemotongan gaji. Aset nomor satunya kami adalah people. Kami bisa dibilang, kalau bisa cut cost lain dulu, mending yang lain dulu," jelasnya.

Gaery mengungkap, pos yang paling besar dipotong adalah ongkos marketing atau penjualan dengan porsi mencapai 90 persen.

Ubah Fokus dan Prioritas

Gaery mengaku, berada di tengah krisis ini, membuat pihaknya bergegas menyusun strategi. Jika awalnya penjualan menjadi fokus bisnis dengan terus mengajak orang untuk bepergian, kini berubah haluan.

"Ubah fokus dari jualan jadi ke customer handling," tuturnya.

Perubahan fokus perseroan ini juga didorong oleh meningkatnya minat konsumen untuk melakukan reschedule atau pengubahan jadwal perjalanan hingga refund alias pengembalian tiket. Per hari, tutur Gaery, peningkatan untuk layanan konsumen ini mencapai 7-10 kali lipat.

Karena peningkatan pengubahan jadwal, Gaery mengatakan, pihaknya menerima 100 volunteer. Mereka bertugas untuk membantu tim customer care Tiket.com.

Di sisi lain, Gaery mengatakan, refund dan reschedule menempati urutan tertinggi pada skema terdampaknya Tiket.com di masa pandemi COVID-19 ini. Meski begitu, pelanggan tidak perlu merasa khawatir karena tim Tiket.com siap membantu prosedur tersebut.

Namun, Gaery mengakui, masih ada beberapa permasalahan mengenai pengembalian dana dan penjadwalan ulang yang masih harus menunggu dari supplier atau proses back office. "Kami harus buktikan itu semua, input, inquiry akan kami proses, tidak ada yang terkecuali," tuturnya.

Selain menyusun rencana bertahan selama pandemi, Tiket.com juga telah memiliki strategi yang akan dilakukan setelah masa pandemi COVID-19 selesai. Dari segi produk tidak ada yang berubah yakni produk development yang teknologi proyeknya kian banyak, dan customer care karena ada rencana untuk merilis Tiket.com 4.0.

Managing Director Tiket.com, Gaery Undarsa. (Foto: Instagram @gaeryundarsa)

Lebih lanjut, Gaery mengatakan, ada juga tiket to do, di mana semua aktivitas yang diperlukan akan dipersiapkan. Dan ketika waktunya tepat, dapat diakses oleh customer.

"Another thing, prepare just in case kalau misalnya efeknya agak panjang, efeknya ke industri travel berapa lama, sudah ada beberapa rencana untuk beberapa waktu," tuturnya.

Usai Pandemi

Gaery mengatakan, ada tiga hal menganai asusmi risiko yang akan akan dilakukan jika pandemi COVID-19 selesai. Pertama, pemulihan akan difokuskan terhadap penjualan hotel-hotel di dalam kota untuk kepentingan staycation.

Seusai pandemi berakhir, kata Gaery, masyarakat akan memilih berlibur dengan menginap di hotel-hotel dengan radius yang masih tak terlampau jauh dari rumahnya. Sebab, selama pandemi masyarakat bosan terus-terusan berada di rumah.

Kedua, kata Gaery, tren pemulihan difokuskan untuk destinasi yang bisa dijangkau dengan transportasi pribadi, seperti di Bandung atau Puncak, Bogor.

Kemudian, ketiga, tahap pemulihan dilakukan untuk destinasi domestik seperti Yogyakarta dan Bali. "Untuk pemulihan tujuan internasional, ini bakal menjadi tahap terakhir," jelasnya.