Jika Pengumpulan Spesimen adalah Kunci  Memetakan Sebaran COVID-19, Maka Kita Masih Sangat Jauh
Ilustrasi foto pergerakan manusia di Jakarta (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menyatakan telah menerima spesimen COVID-19 dari seluruh wilayah Indonesia untuk diperiksa lebih lanjut. Berdasar data per Kamis, 6 April, sekitar 14.354 ribu sampel spesimen sudah diterima.

"Pada tanggal hari ini, 6 April, sampai dengan pukul 8 pagi tadi, kami sudah melakukan pemeriksaan 14.354 lebih spesimen untuk PCR real time," ucap Yuri di Graha BNBP, Jakarta, Selasa, 7 April

Nantinya, hasil pemeriksaan ini dapat mengetahui wilayah-wilayah yang berpotensi atau masuk zona merah penyebaran COVID-19. Sehingga, akan bebuntut pada pola penanggulangan yang akan dilakukan.

Belasan ribu spesimen ini pun berasal dari kiriman stake holder terkait atau ratusan rumah sakit rujukan penanganan COVID-19. Baik rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.

"Dikirim lebih 300 RS rujukan COVID-19. Baik rumah sakit umum pemerintah, rumah sakit BUMN, rumah sakit TNI, rumah sakit Polri maupun rumah sakit swasta," ungkap Yuri.

Hanya saja, jumlah belasan ribu spesimen itu sejatinya masih terbilang minim untuk memetakan persebaran COVID-19 secara nasional. Sebab, jika merujuk pernyataan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, untuk mengetahui peta persebaran, setidaknya membutuhkan tes terhadap dua juta penduduk Indonesia.

Pernyataan tersebut diungkapkan Ridwan kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin melalui telekonferensi, pada Jumat, 3 April. "Indonesia minimal dua juta, Pak. Kira-kira begitu. Dengan dua juta, harusnya peta ditemukan secara utuh," kata Ridwan Kamil.

Angka tersebut, dikatakan Emil didasari pada perbandingan dengan negara Korea Selatan yang bisa mengetahui peta persebaran COVID-19, setelah melakukan tes kepada 300 ribu orang dengan jumlah penududuk sekitar 51 juta. "Itu berarti 0,6 persen. Dengan 0,6 persen, petanya ketahuan," katanya.

Artinya, dengan jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih mencapai 250 juta orang, maka untuk mengetahui peta persebaran perlu melakukan tes kepada sebanyak dua juta orang.