Protes Warganet Soal Krisis Alat Pelindung Diri di Indonesia
Setelan lengkap APD (Irvan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Warganet ramai-ramai melontarkan kekecewaannya terkait penyediaan alat pelindung diri (APD). Wajar. Pasalnya, petugas medis adalah garda terdepan dalam menumpas COVID-19. Mereka berharap pemerintah fokus terhadap penanggulangan COVID-19 agar mata rantai penyebarannya cepat terpangkas. 

Perbincangan warganet tersebut terpantau laman analisis media sosial Netray, sejak 17 Maret sampai dengan April 2020. Selama periode ini ditemukan sekitar 124.1 ribu kicauan terkait topik krisis APD di media sosial Twitter.

Topik yang diperbincangkan warganet tak lain soal 'outbreak' pandemi Corona. Belum lagi krisis APD yang minim disediakan pemerintah untuk garda terdepan, baik dokter dan tenaga medis lainnya.

Rekap data monitoring Netray (dok. Netray)

Hal itu juga ditambah dengan surat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama empat organisasi kesehatan lain untuk menyediakan pasokan APD yang layak bagi tenaga medis dan kesehatan. Jika tak terpenuhi para dokter dan perawat ini akan mogok kerja atau melayani pasien.

Salah satu akun yang banyak di-retweet warganet adalah  @MarikaRahman_, ia membeberkan pendapatnya bahwa ketegasan IDI terkait APD semata-mata untuk keselamatan pasien itu sendiri. "Dokter tidak boleh tertular, karena jika tertular maka akan menulai pasien-pasiennya. Dokter harus dilindungi dengan sempurna," kicaunya. 

Namun setelah menuai reaksi keras, IDI lalu meluruskan maksud dari isi surat tersebut. Menurut Ketua IDI, Daeng M Faqih, surat itu merupakan imbauan kepada seluruh petugas kesehatan agar mematuhi standar operasional prosedur operasional prosedur (SOP) dengan memakai alat pelindung diri (APD) dalam menangani pasien Corona. 

"Karena kalau petugas kesehatan nekat merawat pasien Covid-19 tanpa pakai APD, maka akan langsung tertular dan jadi sakit. Kalau petugas kesehatan banyak tumbang, nanti siapa lagi yang akan merawat pasien yang semakin banyak," kata Daeng M kepada Tempo

Puncak perbincangan lainnya berdasarkan pantauan Netray, terjadi pada 29 Maret. Saat itu bertepatan dengan viralnya video dua orang yang mengenakan APD lengkap sedang berbelanja di supermarket. Hal itu menarik perhatian publik. Terpantau ada sekitar 14.118 yang membicarakan hal itu.  

Ragam komentar warganet (dok. Netray)

Pasalnya, kejadian tersebut membuat warganet geram. Bagaimana tidak, ditengah krisis APD saat ini, ada orang yang menggunakan APD tidak pada tempatnya. Sontak mayoritas warganet melontarkan sentimen negatif pada kasus ini. 

Salah satu yang berkomentar adalah pemilik akun @septiisywari. Dia bilang "Dia belanja ke supermarket pake APD? Lah apakabar tenaga medis yang saat ini sedang banyak kekurangan APD?" katanya. 

Komentar senada datang dari pemilik akun @alterrrego_. Akun ini mengatakan bahwa "Stop mewajarkan atau memaklumi yang kayak gitu dong. Kalau barangnya enggak susah dicari ya bodo amat lah," unggahnya. 

Melalui pantauan Netray terlihat wilayah yang paling ramai membicarakan topik seputar krisis APD adalah Jakarta Selatan. Hal yang masuk akal lantaran DKI Jakarta menjadi wilayah dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru di DKI Jakarta tercatat ada sebanyak 1.232 kasus. 

Sementara itu, untuk sekarang Kepala Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal Doni Monardo yakin kebutuhan APD dalam negeri bisa dipenuhi. Dono mengatakan hal dalam rapat kerja secara virtual dengan Komisi VIII DPR kemarin (6/4). 

"Tapi yakinlah BNPB atau Gugus Tugas akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi APD," kata Doni.

Doni bersyukur, dua pekan lalu Bea Cukai berhasil menggagalkan ekspor 2.500 APD ke Korea Selatan. Dia menambahkan di Indonesia terdapat lebih dari 20 perusahaan tekstil yang memproduksi APD namun bahan bakunya masih banyak dari negara pemesan.

Tapi sekarang, kata Doni, Indonesia sudah mulai bisa memproduksi APD menggunakan bahan baku dari dalam negeri. Indonesia kata Doni sudah akan mulai memproduksi APD secara massal.