Hoaks <i>Ngawur</i> Buat Menara 5G di Inggris Dirusak Massa
Ilustrasi tower internet (Image by Michael Schwarzenberger from Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah menara pemancar milik jaringan operator telekomunikasi Inggris tiba-tiba saja diserang dan dirusak massa. Para pelaku menyebut jaringan pemancar 5G turut berperan dalam penyebaran COVID-19.

Dikutip dari The Verge, sedikitnya tiga dari tower jaringan 5G yang ada di Inggris diserang massa, pada Minggu 5 April. Penyerangan tidak hanya terjadi di menara, tapi juga melibatkan sejumlah teknisi dan insinyur sejumlah operator.

Kasus ini langsung ditangani pihak kepolisian setempat, di kawasan Merseyside dan Birmingham. Belum diketahui pasti apa motif dari penyerangan ini, namun informasi yang beredar mengatakan serangan ini terjadi karena teori konspirasi terkait virus corona dengan jaringan 5G.

"Cerita 5G ini merupakan omong kosong, jenis berita palsu yang paling buruk. Kenyataannya adalah jaringan mobile ini sangat penting bagi kita semua," kata Director National Health Service (NHS),Stephen Powis.

"Ini adalah jaringan mobile yang digunakan oleh layanan gawat darurat dan tenaga medis dan saya sangat marah, sangat kesal karena orang-orang menyerang infrastruktur yang kita butuhkan untuk merespon terhadap emergency kesehatan ini," sambungnya.

Sebagai informasi, kabar hoaks dan teori konspirasi menyebutkan jika gelombang radio yang dihasilkan menara 5G menjadi penyebab bagi penyakit COVID-19. Kabar ini pun langsung menyebar dengan cepatnya ke media sosial seperti YouTube dan Facebook.

Pendapat ngawur itu pun langsung dibantah organisasi pengecek fakta Full Fact dan beberapa ahli lainnya. Sebab teori tersebur tidak menghitung negara-negara seperti Iran, Jepang atau Indonesia yang belum menggunakan 5G tapi sudah terkena wabah virus corona.

"Cerita tentang 5G tidak memiliki kepercayaan secara ilmiah dan tentu saja merupakan gangguan potensial, seperti misinformasi lainnya, untuk mengendalikan epidemi COVID-19," kata profesor di Colorado School for Public Health, Jonathan M. Samet.