Pandemi COVID-19 Membuat Getaran di Bumi Menurun
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 memaksa pemerintah di banyak negara di dunia menerapkan physical distancing atau menjaga jarak antar individu. Yang paling ekstrem adalah mengambil kebijakan lockdown nasional. Otomatis, aktivitas di beberapa negara lumpuh.

Jalanan kota yang dulu sesak kini luang. Lalu lintas jalan raya sepi. Semakin sedikit orang yang berkeliaran di luar. Ilmuwan seismologi mengamati dampak dari lumpuhnya aktivitas manusia ini adalah berkurangnya getaran seismik atau disebut dengan kebisingan seismik ambien.

Para seismolog mengungkapkan ternyata dampak dari "beristirahatnya" dunia cukup signifikan, sehingga kebisingan seismik ambien jauh lebih kecil. Artinya getaran di bumi yang dihasilkan oleh gerakan mobil, kereta api, bus, dan orang-orang yang menjalani aktivitas sehari-hari, membuat kerak bumi bagian atas bergerak lebih sedikit.

Seperti diwartakan CNN, seorang ahli geologi dan seismologi di Royal Observatory Belgia, Thomas Lecocq, menunjukan fenomena ini pertama kali di Brussels. 

Di kota itu terlihat ada pengurangan sekitar 30 persen sampai 50 persen kebisingan seismik ambien sejak pertengahan Maret, pada saat negara itu mulai menutup sekolah dan kegiatan bisnis. Lalu apa dampaknya?

Sebuah Pertanda

Menurut Lecocq dan seismolog lainnya, dampak dari berkurangnya kebisingan seismik ambien ini adalah mereka mampu mendeteksi gempa bumi dan peristiwa seisimik lain yang kekuatannya lebih kecil, yang biasanya sulit tercatat oleh stasiun seismik tertentu. Contohnya di Brussels tadi yang pada saat keadaan normal, stasiun pengamatan "tidak banyak berguna."

Stasiun seismik biasanya dibangun di daerah luar perkotaan. Tujuannya, karena semakin kecil tingkat kebisingan manusia, membuat alat seismik menangkap getaran halus di tanah.

Dengungan kehidupan kota yang biasa terjadi sehari-hari biasanya akan sulit menangkap peristiwa seismik yang lebih kecil seperti terjadi di Brussels. Untuk menyiasatinya, seismolog akan bergantung pada stasiun seismik lubang bor yang ditanam jauh di dalam tanah untuk memantau aktivitas seismik.

"Namun sekarang, karena kota menjadi lebih tenang, (stasiun seismik) hampir sama baiknya dengan yang ada di bawah," kata Lecocq dikutip CNN.

Brussels bukan satu-satunya tempat yang mengalami fenomena seperti itu. Seismolog asal Britania Raya Paula Koelemeijer mengunggah sebuah grafik yang menunjukan kebisingan seismik di London Barat juga menurun setelah sekolah-sekolah dan tempat-tempat aktivitas sosial lainnya di Inggris ditutup. Selain itu, fenomena serupa juga terjadi di Los Angeles. 

Terlepas dari semua fenomena ini, berkurangnya getaran seismik di bumi menurut seismolog merupakan sebuah pertanda. Pertanda bahwa ini adalah sebuah peringatan serius dari virus yang telah membuat lebih dari satu juta orang di dunia jatuh sakit, dan menewaskan puluhan ribu orang.

Seperti dikatakan Lecocq bahwa hal ini sejatinya adalah bukti bahwa orang-orang di banyak belahan dunia telah mendengarkan peringatan dari pihak yang berwenang untuk tetap berada di dalam rumah dan meminimalkan aktivitas di luar sebanyak mungkin.

"Dari sudut pandang seismolog, kita dapat memotivasi orang untuk bilang 'baiklah, orang-orang apabila anda merasa sendirian di rumah untuk menjalankan physical distancing ini, kami bisa bilang tidak. Kami dapat memberi tahu anda bahwa hampir semua orang berada di dalam rumah. Semua orang melakukan hal yang sama," katanya.

Dan sekali lagi, social distancing ini dilakukan adalah untuk kepentingan semua orang.

Ilustrasi social distancing. (Ilham Amin/VOI)