COVID 19 di Kamboja: Tutup Bisnis Sekarang, Siapkan Pinjaman Esok Hari
Ilustrasi foto (Adam Jang/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Guna menahan laju dari penyebaran pandemi COVID-19, tiap negara dibuat sibuk dengan ragam tindakan. Ada yang sibuk mendisiplinkan warganya diam di rumah, ada pula yang sigap dengan menutup semua pusat bisnis yang ada di negaranya, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kamboja.

Senin, 30 Maret, pemerintah Kamboja memerintahkan penutupan semua pusat perjudian. Langkah ini menyusul kebijakan sebelumnya, di mana pemerintah Kamboja menutup restoran, bar, dan pusat bisnis sejenis lainnya. Pemerintah Kamboja juga telah membatasi warga asing masuk ke dalam negeri.

Seperti dilansir Reuters, Presiden Kamboja Hu Sen mengatakan, penutupan pusat perjudian atau kasino akan dimulai pada 1 April ke depan. “Saya ingin mengklarifikasi kepada para penjudi bahwa jika Anda ingin berjudi, lakukan malam ini. Masih ada malam ini dan besok malam.”

Menariknya, Hun Sen juga mengatakan bahwa Kementerian Keuangan akan bekerja dengan pemilik pusat perjudian perihal pembebasan pajak. Bagaimanapun, harus ada penyesuaian, memang karena usaha tersebut terdampak COVID-19.

Pemerintah Kamboja memberikan keringanan berupa seruan kepada bank dan lembaga keuangan mikro untuk sementara menangguhkan pembayaran cicilan kepada siapa saja yang terdampak COVID-19.

Tak main-main, pemerintah Kamboja juga berencana menyediakan pinjaman sekitar 500 atau 600 juta dolar AS ke bank dan lembaga keuangan mikro dengan suku bunga rendah bagi para pelaku usaha. Rencana yang segera disambut baik.

Per Senin, angka orang yang tertular COVID-19 telah mencapai 107 kasus. Salah satu di antaranya adalah seorang pria 30 tahun yang bekerja di sebuah kasino dan klub karaoke di provinsi barat laut Banteay Meanchey.

Selain itu, Upaya tersebut dilakukan karena Kamboja sendiri telah ditahbiskan sebagai surga perjudian untuk Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir. Setidaknya, ada lebih dari 125 tempat berjudi beroperasi dan banyak di antaranya telah dikelola oleh orang China.