Kabar Baik Bersyarat: Ilmuwan Peraih Nobel Sebut Akhir Pandemi COVID-19 Sudah Dekat
Ilustrasi foto (Adli Wahid/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ilmuwan kimia peraih pernghargaan Nobel 2013 Michael Levitt memprediksi pandemi COVID-19 akan segera berlalu. Berdasarkan pemodelannya, Levitt memprediksi virus corona tidak akan "meneror" sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak akan menyebabkan jutaan kematian. 

"Yang kita butuhkan adalah mengendalikan kepanikan. Kita akan baik-baik saja," kata Levitt dikutip dari Los Angeles Times, Jumat, 27 Maret.

Prediksi Levitt boleh jadi harapan. Sebab, dalam konteks pandemi COVID-19, Levitt sebelumnya memprediksi tepat masa kritis di China. Menurutnya, kala itu, China akan melewati wabah terbesarnya setelah pertengahan Februari.

Selain itu, Levitt juga memprediksi, China akan mencapai puncak wabah pada angka 80 ribu kasus dengan 3.250 kematian. Prediksinya tak melenceng jauh. Pasalnya, dilaporkan, pada 24 Maret, China mencapai puncak kasus dengan mencapai angka 81.588 kasus, dengan angka kematian 3.281 orang.

Saat ini, Levitt mengamati sekitar 78 negara yang telah melaporkan lebih dari 50 kasus baru per harinya. Dengan memfokuskan pada perkembangan kasus baru yang telah ia amati, ia melihat ada tanda-tanda pemulihan di masing-masing tempat. "Angka-angkanya masih riuh, tapi ada tanda-tanda jelas perlambatan pertumbuhan," kata Levitt. 

Di Korea Selatan, misalnya. Menurut Levitt, apabila melihat data total kasus COVID-19 setiap harinya, memang jumlahnya terlihat terus bertambah. Namun, kata Levitt, apabila melihat jumlah catatan kasus per harinya --yang dalam minggu-minggu terakhir tercatat tak lebih dari 200 kasus, kemungkinan Korsel sudah masuk fase meredanya wabah COVID-19.

Selain itu, di Iran, jumlah kasus COVID-19 yang baru dikonfirmasi per harinya tetap relatif datar sejak minggu lalu. Meskipun masih banyak kasus baru, Levitt bilang polanya menunjukkan wabah di sana "sudah lewat tanda-tanda setengah jalan (menuju selesai)."

Meski begitu, semua prediksi baik ini dapat terwujud jika semua penduduk di setiap negara benar-benar mendisplinkan diri dalam menjaga jarak atau physical distancing. Terhitung, sejak wabah dimulai empat bulan lalu, pandemi COVID-19 telah menginfeksi 471.783 orang di seluruh dunia. Di antara itu, 114.858 orang dinyatakan sembuh dan 21.306 meninggal.

Pesan Levitt, jelas. Pendisiplinan diri untuk memutus rantai penularan adalah kunci mengakhiri pandemi ini. Jadi, sampai kapan petaka ini memang bergantung pada setiap orang. Artinya, penting bagi kita untuk tetap di rumah dan mengikuti setiap imbauan otoritas.