Memaknai <i>Work from Home</i> dari Kacamata Mereka yang Kerja dari Rumah
Kelengangan Jakarta dalam situasi social distancing (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - “Menurut aku, berkah work from home (WFH) membuat aku jadi lebih banyak melakukan aktivitas bersama keluarga, seperti kegiatan memasak bersama-sama, berjemur di matahari pagi bersama keponakan yang masih kecil-kecil, ngajarin pekerjaan rumah (PR) dan tugas sekolah para ponakan juga.”

Nanda Muthia, seorang pekerja swasta, bertutur pada VOI, Selasa, 17 Maret. Atas instruksi dari kantor yang mengadopsi imbauan pemerintah untuk social distancing, alias meminimalisir interaksi antarmanusia sebagai langkah tangkal COVID-19, kini Nanda menjalani opsi WFH.

Kekhawatiran soal komunikasi yang terhambat soal pekejaan nyatanya tak dialami Nanda.  Dengan perkembangan teknologi, semua pekerjaan --termasuk komunikasi-- dapat dilakukan lewat jarak jauh. "Dapat langsung dilanjutkan lewat telepon atau via media sosial saja,” terang Nanda menjelaskan bagaimana jika terjadi kendala komunikasi.

Cerita lain dituturkan Riska. Sebagai guru sekolah swasta di Jakarta, Riska juga harus melakukan pekerjaan secara remote. Riska bercerita, kerja remote memungkinkannya melakukan berbagai kegiatan lain yang kerap luput ketika ia harus bekerja reguler di luar rumah.

Menjalani hobi masak dan membaca buku, salah satunya. Di sela-sela pekerjaan, Riska mengaku mencuri waktu untuk menjalani dua hobinya itu. “Iya, jadi punya 'me time' untuk baca buku dan melakukan aktivitas lainnya,” tutur Riska.

Terkait kebijakan social distancing, Riska mengaku manut dengan arahan otoritas. Ia hanya keluar rumah ketika ada hal-hal yang amat penting. Misalnya, ketika harus memastikan persediaan makanan tercukupi, atau untuk membeli obat-obat yang diperlukan. Baginya, social distancing amat penting untuk dipatuhi.

Memaknai social distancing

Dilansir dari Huffington Post, social distancing diartikan sebagai langkah mengubah cara Anda menjalani kehidupan sehari-hari. Itu berarti menghindari semua kontak dan perjalanan yang tidak penting. Dalam artian, orang-orang juga didesak untuk bekerja dari rumah dan menghindari keramaian.

Sekalipun banyak sektor yang terdampak dari upaya ini, khususnya di sektor ekonomi --pengusaha ritel hingga perkantoran, upaya social distancing amat penting untuk dilakukan dalam kondisi mewabahnya COVID-19. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga Presiden Jokowi juga menegaskan imbauannya.

"Yang paling penting, social distancing, bagaimana kita menjaga jarak. Dengan kondisi itu, kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah," kata Jokowi di Istana, Minggu, 15 Maret.

Anies mengatakan, social distancing amat penting untuk dipatuhi. Namun, menurutnya, social distancing harus dijalani tanpa kepanikan. Yang penting, disiplin, begitu. Bukan apa-apa, social distancing membutuhkan peran masyarakat seluas-luasnya. Pemerintah tak bisa memainkan peran tunggal.

“Seluruh warga harus bekerja bersama. Penularan itu terjadi karena interaksi dari orang-orang. Karena itu, kita semua harus ambil tanggung jawab. Kita semua harus terlibat, kita semua harus mencegah, pencegahan harus dilakukan oleh kita semua,” kata Anies.