Ada Campur Tangan <i>Rich People</i> dalam Merger Gojek-Grab
Ojek daring Gojek dan Grab (Irvan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Rumor bergabungnya dua perusahaan ojek daring Gojek dan Grab, makin santer terdengar. Apalagi dikabarkan adanya orang 'sangat kuat' di antara para investor yang disebut gencar untuk menyatukan dua penguasa transportasi terbesar di Asia Tenggara itu.

Melansir dari laporan Financial Times, pembicaraan serius itu terjadi di antara para investor yang menanamkan modalnya di kedua perusahaan ride hailing itu. Mengingat kedua perusahaan ini telah bersaing lama untuk mengambil hati pelanggannya.

"Kekuatan yang bermain di sini lebih tinggi dari sekadar apa yang diinginkan Grab atau Gojek, atau memang tidak diinginkan. Ini adalah tentang sejumlah pemegang saham berpengaruh jangka panjang di kedua perusahaan yang ingin membendung kerugian atau menemukan cara untuk keluar dari investasi mereka," ungkap salah satu investor dari Grab, seperti dikutip VOI, Kamis, 12 Maret.

Bila dirinci Gojek yang berbasis di Jakarta, mendapatkan penanaman modal dari Vincent dan Google. Sementara Grab yang berkantor pusat di Singapura menerima investasi besar dari SoftBank dan Microsoft.

Sejatinya, pembicaraan serius antara dua decacorn terbesar di Asia Tenggara ini memang cukup intens terjadi. Setidaknya rumor merger Gojek dan Grab ini telah santer terdengar, ketika pendiri dan CEO Softbank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta beberapa waktu lalu.

"Mengingat dinamika kedua belah pihak sama-sama terbuka, ada kemauan yang lebih besar di tingkat tertinggi. Meskipun begitu ada permasalahan kekuasaan yang rumit," kata salah satu pemegang saham.

Fakta terkait perundingan yang sedang dilakukan dengan serius ini mencerminkan, bagaimana lingkungan investasi startup telah berubah di Asia. Di mana belum lama ini baik pengusaha maupun investor tengah memprioritaskan pertumbuhan perusahaan dengan mengorbankan keuntungan. 

Berdasarkan perhitungan Tech in Asia, jika Gojek dan Grab resmi bergabung diperkrakan valuasi dananya akan bernilai lebih dari 23 miliar dolar AS atau lebih Rp336 triliun dengan kurs rupiah saat ini. Valuasi dana sebesar itu didapat dari upaya ekspansi kedua perusahaan di Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam.