COVID-19 Mendorong <i>Cashless</i>, Apa Solusi untuk Pedagang Kecil?
Ilustrasi transaksi cash (Yudhistira Mahabarata/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) ada kemungkinan risiko infeksi virus corona atau COVID-19 ditransmisikan lewat transaksi menggunakan uang kertas. 

Transaksi uang yang kerap berpindah-pindah tangan, dianggap bisa mengontaminasi bakteri serta virus penyakit. WHO menyarankan masyarakat beralih ke pembayaran tanpa uang tunai atau cashless

Provinsi di mana transaksi paling banyak dilakukan di masyarakat adalah DKI Jakarta, khususnya transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT, serta pembelian barang dan makanan. Apalagi, banyak penduduk daerah penyangga yang beraktivitas di Jakarta pada jam kerja. 

Pemprov DKI tak bisa melarang masyarakat untuk tidak menggunakan uang kertas lagi ketika bertransaksi karena itu bukan wewenang mereka. Namun, Pemprov DKI lewat BUMD Bank DKI turut mengimbau agar masyarakat dapat mengurangi penggunaan uang kertas dalam bertransaksi.

"Sebagai upaya untuk mengurangi risiko masyarakat terekspose virus corona ada baiknya melakukan transaksi secara nontunai menggunakan mobile banking," kata Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini saat dihubungi, Rabu, 11 Maret. 

Diketahui, alat pembayaran nontunai yang bisa digunakan masyarakat dalam bertransaksi kini sudah beragam. Mulai dari Gopay, Ovo, Dana, LinkAja, dan yang lainnya. Sementara, perusahaan bank juga memiliki pembayaran nontunai seperti e-Money dari Bank Mandiri, Flazz dari BCA, dan Brizzi dari BRI. 

Sebagai perusahaan daerah, Herry menyarankan masyarakat menggunakan pembayaran nontunai Bank DKI yakni JakCard untuk pembayaran transportasi umum, serta JakOne Mobile untuk bertransaksi lainnya. 

"Layanan ini dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi kebutuhan sehari-hari pada beragam merchant yang bekerjasama dengan Bank DKI," jelas dia. 

Menjawab dorongan tersebut, peneliti ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira berpendapat imbauan penggunaan cashless masih bisa dilakukan di kota-kota besar.

"Di kota besar, jika ada seruan menggunakan uang nontunai dan beralih dari uang kertas, pastinya orang berbondong-bondong bertransaksi secara cashless," ucap Bhima. 

Jika orang-orang beralih menjadi cashless, bagaimana nasib pedagang usaha mikro kecil menengah (UMKM)? Bhima menjawab, mereka tentu akan tetap menggunakan uang tunai. Namun, jika penularan wabah corona semakin parah, ada kemungkinan pedagang kecil tersebut ikutan beralih melayani cashless.  

"Lagipula, dorongan cashless justru kesempatan mempercepat adaptasi pembayaran digital dari UMKM tersebut," kata dia.