Iran Bebaskan Sementara 70.000 Tahanannya untuk Menekan Penyebaran COVID-19
Ilustrasi penjara (Image by ErikaWittlieb from Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Iran memutuskan untuk membebaskan sekitar 70.000 tahanannya sementara waktu. Hal tersebut dilakukan untuk menekan kemungkinan tersebarnya wabah COVID-19 di penjara. 

Langkah ini diambil, setelah adanya laporan yang  mengatakan seorang tahanan di penjara Iran positif terinfeksi virus corona, pada 9 Maret 2020. Keputusan ini diumumkan langsung Kepala Kehakiman Ebrahim Raisi, untuk membebaskan sementara para tahanan. 

Raisi mengatakan pembebasan tahanan akan berlanjut ke titik di mana tidak menciptakan ketidakamanan di masyarakat. Namun Raisi tidak memberikan rincian lebih lanjut atau menentukan kapan mereka yang dibebaskan harus kembali ke penjara. 

"Laporan terbaru menunjukkan bahwa virus COVID-19 telah menyebar di dalam penjara Iran," kata Javaid Rehman, pelapor khusus hak asasi manusia di Iran, mengatakan saat pertemuan PBB Jenewa, Swiss, dikutip dari Reuters, Selasa 10 Maret.

Selain itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membatalkan pidato perayaan tahun baru Persia di kota Mashhad yang direncanakan diselenggarakan pada 20 Maret. Hal tersebut dilakukan agar tidak banyak orang yang berkumpul dan mengurangi penularan COVID-19. 

"Upacara pidato dari Pemimpin Tertinggi revolusi Islam, yang dilakukan setiap tahun pada hari pertama tahun baru di (tempat suci Imam Reza) tidak akan berlangsung tahun ini dan Pemimpin Tertinggi tidak akan melakukan perjalanan ke tempat suci Mashhad," dari sebuah pernyataan di situs resmi Ayatollah, menambahkan keputusan itu berdasarkan rekomendasi dari pejabat kesehatan untuk meminimalkan perjalanan dan menghindari pertemuan besar.

Otoritas Iran juga menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan virus yang semakin menyebar selama Nowruz, awal tahun baru Iran. Tahun baru tersebut biasanya dirayakan dengan liburan ke berbagai tempat-tempat di penjuru negeri. 

Kementerian Kesehatan pun akhirnya mengimbau masyarakat Iran untuk tetap berada di rumah dan memberlakukan pembatasan perjalanan antar provinsi. Meskipun ada peringatan, pihak berwenang mengatakan lalu lintas padat dalam beberapa hari terakhir di jalan menuju utara ke Laut Kaspia, tempat favorit liburan saat perayaan Nowruz.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa terdapat 7.161 kasus COVID-19 di Iran. Sebanyak 237 orang dinyatakan meninggal dan 2.394 orang berhasil disembuhkan. 

Pihak berwenang telah mencoba untuk membatasi penyebaran COVID-19 dengan menutup sekolah dan mendesak masyarakat untuk tidak bepergian. Meski demikian, Iran belum melakukan pengkarantinaan kota, seperti yang dilakukan di Wuhan, China dan Italia. 

Teheran menjadi kota yang paling parah terkena dampak virus dengan 1.945 kasus, diikuti oleh Qom dengan 712, Mazandaran dengan 633, Isfahan dengan 601, dan Gilan dengan 524.

Banyak negara yang menonfirmasi bahwa negaranya mendapati kasus-kasus COVID-19 berawal dari orang-orang yang sebelumnya berkunjung ke Iran. Negara-negara tersebut adalah Afghanistan, Bahrain, Irak, Kuwait, Lebanon, Oman, Pakistan, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.