Banjir Hari Ini Beri Dampak Ekonomi yang Tidak Main-main
Banjir di Jabodetabek awal tahun 2020. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Hujan yang mengguyur wilayah Jabodetabek sejak Senin 24 Februari malam akhirnya berbuah banjir sejak Selasa 25 Februari pagi. Sebagian wilayah telah surut, namun masih ada beberapa wilayah yang masih terendam.

Belum kelar dampak banjir Jabodetabek di awal Januari 2020 lalu, sekarang masyarakat harus "menikmati" dampak banjir hari ini. Salah satunya adalah dampak dari sisi ekonomi dari beberapa sektor yang sudah menjadi rutinitas di masyarakat Jabodetabek.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa sektor ekonomi yang terimbas dari banjir hari ini. Yang pertama adalah sektor retail, yang terpukul dengan menurunnya kunjungan ke pusat-pusat perbelanjaan, restoran.

"Bahkan beberapa mal masih terputus listriknya hingga siang tadi, sehingga pengunjung tidak nyaman. Akses ke pusat perbelanjaan juga banyak yang terganggu," ujar Bhima kepada VOI, Selasa 25 Februari.

Yang kedua, kata Bhima, adalah pada sektor distribusi industri manufaktur di kawasan industri. Menurutnya, pengiriman barang terlambat, baik bahan baku maupun produk jadi.

"Harusnya bisa dikirim sesuai jadwal jadi tertunda. Operasional pabrik terhenti, kantor kantor tutup. Ada biaya tambahan yang akan dibebankan kepada pelaku usaha," tutur Bhima. 

Ia menambahkan, sektor pariwisata juga terdampak, di mana hotel, restoran berkurang pengunjungnya. Wabah virus corona sudah berdampak parah pada pariwisata, ini ditambah banjir lebih gawat lagi. 

Belum lagi, di sektor pangan, harga pangan bisa melambung, karena arus distribusi pangan terhambat, karena cuaca yang ekstrem menurunkan produksi pangan.

"Kemarin harga bawang putih sempat menembus Rp60-70 ribu per kilogram di DKI Jakarta. Banjir menambah buruk outlook inflasi," jelas Bhima.

Pagi tadi, berdasarkan cacatan kepolisian, Selasa, 25 Februari, terdapat 42 titik banjir di seluruh kawasan Jakarta. Wilayah yang paling banyak terendam banjir berada di Jakarta Utara.

Pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), belum bisa banyak menentukan langkah antisipasi banjir di masa depan.

Sebab,  proyek normalisasi sungai Ciliwung belum berjalan optimal lantaran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih terkendala dalam pembebasan lahan di Bidara Cina. 

BBWSCC telah dan akan melakukan beberapa pekerjaan dalam penanggulangan banjir Jakarta dan sekitarnya. Tapi, langkah itu belum optimal, karena pagi ini sejumlah daerah di Jakarta masih tergenang air.

Pertama, BBWSCC mengeruk Danau Kemayoran, Jakarta Pusat. Lalu, BBWSCC akan membangun pompa air di Kali Sentiong yang rencananya dilakukan pada Maret. Kemudian, melanjutkan pembuatan tanggul di pesisir Jakarta yang targetnya 45 kilometer sementara baru 9 kilometer.

Pemerintah pusat tetap menunggu Pemprov DKI menyelesaikan pembebasan lahan Bidara Cina untuk segera dinormalisasi. Pasalnya, dari total target 33 kilometer panjang sungai, proses normalisasi yang sudah dikerjakan baru 16 kilometer.

"Kami masih menunggu penetapan lokasi lahan yang akan dibebaskan dari Gubernur DKI. Kalau itu sudah diselesaikan, volume 60 meter kubik banjir Ciliwung dapat dialirkan ke Kanal Banjir Timur," kata Kepala BBWSCC Bambang Hidayah.