Kunjungan Trump ke India dalam Sorotan Dunia Teknologi
Kunjungan Trump di India (Twitter @realDonaldTrump)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertama kalinya melakukan lawatan kenegaraan ke India. Selain untuk memperkuat hubungan bilateral antara Washington dengan New Delhi, ada agenda teknologi di balik kunjungan Trump itu. 

Melansir Politico, dunia teknologi mengamati dengan seksama kunjungan dua hari Presiden Donald Trump ke India. Tak sedikit yang berspekulasi bahwa hasil dari kunjungan ini akan berimplikasi pada perdagangan digital, konektivitas 5G dan kerjasama lainnya. 

Diketahui pula bila, penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow juga sedang mengadakan pertemuan kerjasama untuk membahas jaringan internet 5G di AS. Terlebih upaya Trump yang ingin melawan pengaruh China dalam perang dagangnya. 

"Kami akan membahas masalah kepentingan bersama seperti 5G dan menjembatani kesenjangan digital. Dan kami akan bertujuan untuk memperdalam persahabatan antara demokrasi tertua di dunia dan yang terbesar," kata ketua US Federal Communication Commision (FCC), Ajit Pai dalam unggahan videonya di Twitter.

Menurut laporan lainnya, kunjungan kenegaraan Trump ke India juga bisa dimaknai sebagai upaya mengurangi permasalahan substansial dari perang dagang yang terjadi antara China dan AS. Selain membuka peluang perdagangan baru, namun secara saksama dunia teknologi berharap banyak AS bisa membuka potensi India dalam industri teknologi.

"Mengingat hubungan digital AS-India yang kritis, ITI ingin melihat diskusi substantif tentang isu-isu prioritas teknologi di India. Ini termasuk pengurangan tarif pada produk-produk TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), kemudahan persyaratan pengujian dan sertifikasi, dan dialog konkret untuk mengatasi masalah digital di India," ungkap direktur kebijakan untuk Dewan Industri Teknologi Informasi India, Cody Ankeny.

Kendati demikian, baik AS maupun India memang sedang menyusun persiapan KTT terkait jaringan 5G, pada April mendatang. Pembangunan infrastruktur dan perangkat penunjang lainnya akan menjadi cara AS dalam mempersiapkan jaringan internet 5G.

Terlebih raksasa teknologi asal China, Huawei telah lebih dulu menyediakan perangkatnya yang telah mendukung jaringan internet 5G. Agar tidak tertinggal jauh, AS juga telah mencolek negara-negara di Eropa, seperti Nokia dan Ericsson dalam mempersiapkan infrastruktur dari jaringan internet 5G. 

"Anda akan memiliki operator telekomunikasi besar seperti AT&T dan Verizon dan T-Mobile, Sprint yang diwakili oleh operator besar Jepang yang membuka jalan bagi solusi berbasis perangkat lunak hingga 5G. Perusahaan-perusahaan besar Amerika seperti Intel akan ada di sana, Cisco akan ada di sana, Qualcomm akan ada di sana, tidak akan ada kekurangan perusahaan Amerika, percayalah," ungkap Kudlow saat diwawancarai Fox Business beberapa waktu lalu.

Sementara kerjasama dalam bidang Teknologi akan terus mendominasi hubungan bilateral India-AS untuk beberapa tahun ke depan, ekonomi pengetahuan aspirasional dapat dibayangkan sebagai cara untuk kemitraan di masa depan. Perekonomian seperti ini akan didasarkan pada ekspor teknologi tinggi, robotika, kecerdasan buatan (AI), kendaraan listrik, dan sektor berkembang lainnya.

Lebih dari 1.200 perusahaan global terkemuka, termasuk dari AS, telah mendirikan pusat penelitian dan pengembangan produk di India, yang diperoleh dari talenta kompetitif yang tersedia. Ketika transformasi digital menjadi strategi baru bagi perusahaan di seluruh dunia, perusahaan India dan AS dapat bergandengan tangan untuk membentuk kehidupan, bisnis, dan proposisi nilai.

Kemungkinan besar, teknologi AI akan mendominasi ruang bisnis di tahun-tahun mendatang, India dan AS juga dapat mendorong fenomena ini dengan peningkatan kapasitas orang dan perusahaan. Kerjasama awal antara dua pusat kewirausahaan baru yang paling dinamis dapat diidentifikasi untuk bidang-bidang seperti pertanian, kesehatan dan pendidikan.

Perlu diketahui, jika keputusan Trump untuk mengunjungi India bukan sekadar lawatan kenegaraan biasa. Trump meyakini India bisa menjadi batu loncatan yang baik demi kemajuan teknologi AS saat ini. 

Apalagi kini tak sedikit perusahaan teknologi yang berpusat di AS dikepalai oleh orang-orang keturunan India, seperti Satya Nadella CEO Microsoft, CEO Alphabet dan Google adalah Sundar Pichai, Presiden dan CEO Adobe Santanu Narayan, CEO IBM Arvind Krishna, CEO Google Cloud Thomas Kurian dan CEO Mastercard Ajay Banga.