Elektabilitas Anies yang 'Hanyut' karena Banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pintu AIr Manggarai. (Foto: Pemprov DKI Jakarta)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang jadi sorotan akibat banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di provinsi yang dipimpinnya. Banjir dianggap siap menghanyutkan elektabilitasnya ketika  dia tak mampu menanganinya.

Adapun elektabilitas Anies yang merosot ini merupakan hasil survei dari Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Politika Research and Consulting (PRC). Kedua lembaga ini, baru saja mengeluarkan hasil survei terkait proyeksi politik di tahun 2024 mendatang. 

Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, dalam survei itu Anies mendapatkan elektabilitas sebesar 7,8 persen dari survei yang dilaksanakan pada Februari 2020 itu.

Survei PPI ini menggunakan metode multistage random sampling melalui wawancara tatap muka dengan responden berjumlah 2.197 yang tersebar di 34 provinsi. Survei dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingat kesalahan (margin of error) mencapai 2.13 persen.

Adi mencatat, angka ini sebenarnya turun jika dibandingkan dengan angka elektabilitas Anies di awal Januari 2020 yang lalu. Dari hasil survei ini, tercatat elektabilitas Anies berada di posisi keempat. Sementara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berada di posisi pertama dengan angka elektabilitas mencapai 17,3 persen.

Lalu posisi kedua ditempati oleh politikus Gerindra Sandiaga Uno yang juga eks wakil gubernur DKI Jakarta dengan angka elektabilitas mencapai 9,1 persen dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berada di posisi ketiga dengan elektabilitas mencapai 8,8 persen.

Menurut Adi, penurunan elektabilitas yang dialami Anies ini terjadi karena permasalah banjir yang kerap melanda DKI Jakarta setiap hujan deras beberapa waktu belakangan ini. 

"Dalam bacaan kita kenapa Anies di bawah Sandiaga dan Ganjar mungkin karena badai besar di Jakarta, terpaan banjir dari awal Januari sampai sekarang itu efektif membuat elektabilitas Anies terjun bebas," kata Adi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, 23 Februari. 

Sementara, isu lain seperti kisruh sirkuit dan balapan Formula E dan salah input anggaran lem aibon hingga miliaran rupiah, nyatanya tak terlalu mengganggu elektabilitas mantan menteri tersebut. 

"Ini menunjukan semakin Anies di-bully dikritik, Anies semakin mendapatkan simpati. Tapi ketika banjir awal Januari sampai sekarang pun tanpa di-bully Anies turun sendirinya secara tertib perlahan turun," jelas Adi.

Terkait banjir, beberapa waktu belakangan DKI Jakarta memang kerap digenangi oleh air tiap hujan deras melanda. Hanya saja pada Sabtu, 22 Februari kemarin, Anies yang tak segera melakukan perbaikan untuk mencegah banjir justru mengunggah sejumlah foto lewat akun Twitter miliknya @aniesbaswedan dengan tagar #WajahBaruJakarta. 

Ada empat foto yang diunggahnya dan salah satunya adalah halte bus di ruas Jalan Sudirman, Jakarta yang diabadikan dengan ciamik. Keempat foto ini juga sudah mengalami proses editing sedemikian rupa agar langitnya terlihat begitu biru tak natural.

Empat foto ini diunggah lewat akun Twitternya dengan tulisan yang mengajak warga untuk menikmati indahnya langit Jakarta dan suasana yang segar. Maklum, sejak sering turun hujan, polusi udara yang membuat langit berwarna keabu-abuan dan debu berterbangan menghilang.

"Tengoklah foto-foto ini, ada biru di langit Jakarta. Itulah pemandangan rutin di Jakarta pada beberapa pekan belakangan ini.

Ajak teman, tetangga, dan saudara.... berjalan, bersepeda menikmati #WajahBaruJakarta. 

Selamat menikmati akhir pekan, semoga selalu dalam keberkahanNya," tulis Anies dalam akunnya itu. 

Hasilnya, bukan mendapat pujian, Anies justru mendapat banyak balasan yang berisi foto keadaan Jakarta saat banjir setelah diguyur hujan lebat pada Sabtu dini hari, 22 Februari hingga Minggu pagi, 23 Februari.

Akun Twitternya yang justru diserbu masyarakat. Anies diminta mengurangi pencitraan soal Jakarta yang kini diklaim berwajah baru lewat akun media sosialnya. Apalagi, masalah yang dihadapi Jakarta masih sama yaitu banjir.

Menurut pengamat tata kota Yayat Supriatna, Gubernur Anies harusnya tidak hanya berfokus pada memoles kecantikan wilayah yang dipimpinnya ini atau sebatas beautifikasi. Dia menilai, Anies hanya melakukan beautifikasi tanpa memikirkan penyelesaian substansi masalah banjir yang kini ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

"Jangan hanya fokus pada beautifikasi. Poles-poles cantik. Maksud saya, beautifikasi ini kan hanya mempercantik tapi substansi masalahnya apa," kata Yayat saat kami hubungi lewat sambungan telepon.

Dia mengatakan, Jakarta butuh kesiapan untuk menangani banjir mengingat bencana ini rawan terjadi. Yayat juga menyinggung soal wacana pemasangan TOA untuk deteksi dini bencana. Menurutnya, ketimbang membangun sistem TOA, Pemprov DKI Jakarta harusnya membangun sesuatu yang lebih berguna untuk menghadapi bencana musiman tersebut.

Selain itu, Yayat juga menilai, Anies tak perlu memamerkan atau menggunakan media sosial untuk menunjukkan citra diri dan prestasi. Mengingat, apa yang ditunjukkan di media sosial harusnya sejalan dengan apa yang terjadi di dunia nyata atau di lapangan. 

"Kalau mau bagus misalnya, Jakarta Baru, dalam konteks itu harusnya yang diviralkan, yang disampaikan adalah saya bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi warga termasuk banjir," ungkap Yayat.

"Jadi menurut saya, kalau misalnya sesuatu yang ingin disampaikan ke publik minimal menunjukkan sesuatu dengan tingkat masalah besar bisa dikurangi. Bukan menampilkan sesuatu yang enggak perlu diapa-apain juga sudah bagus," imbuhnya.

Diketahui, akibat hujan deras ini sejumlah kawasan di Jakarta mengalami banjir termasuk di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta dan menggenangi beberapa ruangan. Akibatnya, sejumlahnya peralatan kesehatan seperti alat MRI dan CT Scan milik rumah sakit itu ikut terendam.

Bukan hanya itu, sejumlah angkutan umum seperti TransJakarta dan Commuter Line pun ikut terganggu di beberapa rute perjalanan akibat adanya genangan air karena hujan deras tersebut.