Adhi Karya-Shimizu Garap MRT Rute Bundaran HI-Monas
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyaksikan penandatangan joint venture antara Adhi Karya-MRT-SHimizu untuk penggarapan MRT rute HI-Monas. (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemprov DKI resmi bekerja sama dengan kolaborasi kontraktor (joint venture) antara Adhi Karya dan kontraktor asal Jepang, Shimizu, dalam melanjutkan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) dengan rute Bundaran HI hingga Monas.

Rute ini menjadi salah satu paket dari fase 2a, yakni paket CP201. Rute tersebut melanjutkan stasiun bawah tanah dari Bundaran HI ke arah utara, yakni Thamrin, dan Monas.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggarisbawahi, perencanaan maupun pengerjaan pembangunan MRT Bundaran HI-Monas ini dianggap lebih rumit dari fase 1. Meskipun, rute MRT Bundaran HI-Lebak Bulus ini lebih panjang dari fase 2.

"Fase sepanjang 2,8 km ini memiliki tantangan yang tidak sederhana. Ini menyangkut kawasan strategis dan tantangan alam yang tidak sederhana," kata Anies di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar melanjutkan lebih jelas soal tantangan teknis yang akan dihadapi dalam membangun MRT Bundaran HI-Monas. Tantangan lebih inilah yang menyebabkan pengerjaan memakan waktu lama, yakni 58 bulan. 

Pertama, kata William, pengerjaan harus lebih hati-hati karena akan melewati banyak bangunan cagar budaya seperti Monas, kawasan Medan Merdeka Barat, dan Kota Tua. Mengingat, bangunan tersebut tak boleh dirusak maupun dipindahkan.

Selain itu, struktur tanah di kawasan Jakarta Pusat arah utara semakin lama semakin melunak. Hal ini disebabkan banyaknya aliran sungai yang bermuara ke laut.

"Kami memanfaatkan area ruang bebas di atas kali Ciliwung. Yang jadi tantangan adalah bagaimana menempatkan traffic (rute MRT) itu, tapi tidak mengganggu aliran di kali Ciliwung," jelas William.

Berkaca dari pengalaman, Wiiam mengaku pihaknya tak mau mengulangi kemacetan bertahan-tahun seperti pembangunan MRT fase 1 di sepanjang jalan protokol. Belum lagi, pemerintah pusat melarang adanya rekayasa lalu lintas di Jalan Medan Merdeka Barat.

"Belajar dari situasi itu, maka ketidaknyamanan di fase 2 itu kami hindari. Jalan utama tidak kami akan ganggu. Contoh, di atas Sungai Ciliwung itu kami akan tempatkan dek, sehingga walaupun kita bekerja di sisi Jalan Gajah Mada, tetapi kendaraan itu akan tetap berjalan di atas jalan dek Ciliwung," ucap dia.

Sebagai informasi, proyek MRT Bundaran HI-Monas menelan biaya pengerjaan sebesar Rp4,5 triliun. Pengerjaan dimulai dari bulan Maret 2020 dan ditargetkan rampung pada Desember 2024.

Menyusul, akan ada pembangunan paket CP 202 dengan rute Stasiun MRT Harmoni, Mangga Besar, dan Sawah Besar. Selanjutnya, akan ada pembangunan paket CP 203 dengan rute Stasiun Glodok dan Kota. Total fase 2a adalah 6 kilometer yang terdiri dari 7 stasiun.