Permintaan Maaf Panglima Militer Thailand Terkait Aksi Penembakan Brutal Tentaranya
Jenderal Apirat Kongsompong (Twitter @ThaiPBSWorld)

Bagikan:

JAKARTA - Panglima Militer Thailand menyampaikan permohonan maaf atas aksi brutal yang dilancarkan oleh seorang prajuritnya pada Selasa 11 Februari. Penembakan yang terjadi selama 19 jam tersebut menewaskan 29 orang dan melukai 58 orang. 

Dalam konferensi pers yang berlangsung selama 90 menit, Jenderal Apirat Kongsompong mengatakan bahwa pasukannya akan membantu memberikan kompensasi kepada semua korban dan keluarga mereka.

"Saya, sebagai panglima militer, ingin meminta maaf dan mengatakan betapa saya minta maaf atas insiden yang disebabkan oleh staf tentara ini," kata Apirat, sambil sesekali menyeka air matanya, dilansir dari Reuters.

"Pada waktu itu, ketika pelaku menarik pelatuknya dan mulai membunuh, pada menit itu dia adalah penjahat dan bukan lagi seorang prajurit," tambahnya. 

Seorang prajurit Angkatan Darat Thailand, Jakrapanth Thomma, akhirnya ditembak mati oleh pasukan keamanan pada Minggu 9 Februari 2020. Sebelumnya Jakrapanth Thomma melakukan penembakan di pusat perbelanjaan Terminal 21 di Nakhon Ratchasima.

Pria berusia 32 tahun itu telah memulai penembakan pada Sabtu 8 Februari, menembak komandannya dan ibu mertuanya karena sebuah perselisihan. 

Jakrapanth Thomma kemudian pergi ke pangkalan militernya, mencuri banyak senjata dan amunisi, lalu menembakkan timah panas melalui kuil Buddha sebelum pergi ke pusat perbelanjaan Terminal 21. Di pusat perbelanjaan tersebut, secarara membabi buta pria keji tersebut menembaki pengunjung dan menahan polisi selama lebih dari 12 jam.

Apirat Kongsompong mengatakan tim militer akan menyelidiki seorang komandan yang terbunuh, Kolonel Anantharot Krasae. Apirat mengatakan bahwa komandan tersebut mengambil suatu keuntungan dari penembak dalam kesepakatan tanah di mana ada sebuah perjanjian yang dilanggar oleh komandan tersebut.

Selain itu, Apirat menambahkan bahwa pihak berwenang akan mencari tahu siapa lagi yang terlibat dalam skema penembakan tersebut dan berjanji akan membuka jalur komunikasi baru sehingga personel militer dapat memberikan keterangan langsung.

"Para anggota militer dan saya sudah menginstruksikan ini," katanya, menambahkan misinya sebelum pensiun pada Oktober adalah untuk membuat hal-hal lebih adil bagi staf militer lainnya.

"Saya kira masyarakat Thailand tidak ingin insiden ini terjadi lagi, jadi tolong jangan salahkan tentara atau mencaci maki tentara," kata Apirat.

“Jika Anda ingin menyalahkan seseorang, Anda menyalahkan Jenderal Apirat Kongsompong. Saya menerima semua kritik dan pendapat. Anda bisa menyalahkan saya karena saya adalah kepala pasukan,” ujarnya. 

Seperti diketahui, pelaku penembakan tersebut menyiarkan beberapa penembakan yang ia lakukan di media sosial. Ia berhasil mencuri dua senapan, yaitu senapan mesin M60 dan 736 amunisi. Dia kemudian pergi dengan kendaraan jenis Humvee dan menembaki orang-orang di luar dan di dalam pusat perbelanjaan Terminal 21.

"Aku tidak bisa melarikan diri karena aku tidak tahu di mana penembaknya. Saya di sini dengan sekitar 20 orang,” kata seorang pria, yang menyebut dirinya Mr. Green, mengatakan kepada seorang penyiar dari MCOT, saluran TV milik pemerintah, pada Sabtu malam dari dalam pusat pembelanjaan. 

Selama serangan itu, Komisi Penyiaran Nasional dan Telekomunikasi mendesak media serta orang-orang di dalam pusat perbelanjaan, untuk tidak berbagi rekaman saat kepolisian melakukan penyelamatan mengingat pelaku menggunakan jejaring media sosial saat melakukan aksinya. Sekretaris Jenderal Komisi Penyiaran Nasional dan Telekomunikasi Thailand, Takorn Tantasith, kemudian mengumumkan bahwa ia akan memanggil wartawan atas liputan mereka tentang serangan itu.

"Dari penyelidikan kami dan pemeriksaan tindak lanjut kami, Komisi Penyiaran Nasional dan Telekomunikasi menemukan bahwa beberapa stasiun TV tidak sepenuhnya mematuhi perintah," kata Takorn dalam sebuah pernyataan.

Insiden itu mengejutkan Thailand. Sementara di sisi lain, Negeri Gajah Putih tersebut memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya di Thailand, dan saya ingin ini menjadi terakhir kalinya peristiwa ini terjadi," kata PM Thailand Prayuth Chan-ocha.

Selain itu, PM Thailand juga menyampaikan bahwa Raja Thailand Maha Vajiralongkorn juga telah memberikan upacara pemakaman secara kerajaan kepada 29 korban yang tewas. 

"Yang Mulia Raja dan Ratu ingin menyampaikan belasungkawa mereka... dan ingin memberikan dukungan moral kepada semua keluarga korban dan para otoritas (yang menjadi korban penembakan)," kata PM Prayuth Chan-ocha. 

Pihak berwenang di Thailand utara sudah menyerahkan jenazah ke kerabat korban dan Kementerian Kesehatan juga telah mengirim tim krisis kesehatan mental untuk membantu kerabat almarhum mengatasi kematian orang yang mereka cintai. Sementara 58 korban luka masih dalam kondisi serius.