Jack Dorsey Bos Twitter yang Eksentrik
Foto: CEO Twitter Jack Dorsey (Anushree Fadnavis/Reuters)

Bagikan:

JAKARTA - 43 tahun lalu, Jack Dorsey CEO sekaligus founder dari media sosial Twitter, lahir di planet ini. Bersama ketiga temannya, Evan William, Christoper 'Biz' stone dan Noah Glass, kelak mereka membangun perusahaan berlogo burung biru itu.

Kala itu tak ada niatan dari Jack Dorsey maupun Glass serta William, bahwa layanan messaging unik yang hanya bisa menuliskan 140 karakter huruf saja. Sebuah cara tak biasa yang dilakukan Jack Dorsey untuk menghemat penggunaan kata di aplikasinya itu.

"...kami memilih kata 'twitter', dan itu sempurna. Defenisinya adalah 'ledakan singkat informasi tidak penting', dan 'celotehan burung'. Dan seperti itulah tepatnya produk ini,"

Jack Dorsey kepada Time

Twitter pertama kali digunakan sebagai layanan internal bagi karyawan Odeo, dan versi lengkapnya diperkenalkan kepada publik pada tanggal 15 Juli 2006. Biz Stone, Evan Williams, Dorsey, dan staf Odeo lainnya membentuk perusahaan baru, mengakuisisi Odeo dan semua asetnya – termasuk Odeo.com dan Twitter.com – dari investor dan pemegang saham.

Dalam perjalanan waktu, twitter mengalami pertumbuhan yang pesat. Jack yang dulunya bukan siapa-siapa, kini dikenal sebagai salah satu miliuner teknologi di dunia, dan digadang-gadang menjadi 'The Next Steve Jobs'.

Pria yang lahir, pada 19 November 1976 di St Louis, Missouri, Amerika Serikat itu sudah berkutat dengan teknologi sejak usianya masih belia, bahkan bisa dibilang sejak kecil dirinya sudah jadi 'kutu' komputer.

Pada usia 13 tahun saat menempuh masa SMA, dia mulai melakukan pemrograman. Dua tahun kemudian, dia berhasil menciptakan sebuah software open source untuk mengatur komunikasi taksi yang masih digunakan hingga saat ini. Dorsey kemudian kuliah di Missouri University of Science & Technology, kemudian pindah ke New York University. 

Senang mencoba hal baru membawanya mengenali berbagai bidang, hingga akhirnya dia menemukan passion-nya di teknologi. Selain mendirikan Twitter, Jack juga menciptakan Square, aplikasi mobile yang mengubah gadget iOS menjadi prosesor kartu kredit yang bisa dibawa kemana-mana.

Berkat kesuksesan Twitter, Dorsey pun kecipratan harta yang tidak sedikit. Jumlah kekayaan terbarunya di kisaran USD 1,1 miliar.

Pertengahan tahun 2012, Dorsey membeli sebuah rumah sangat mewah yang berlokasi di teluk San Francisco. Kabarnya, rumah itu seharga USD 9,9 juta atau sekitar Rp90 miliar.

Rumah mewah ini tersembunyi di atas tebing berbatu di atas ketinggian Teluk San Francisco. Saking nyaris tidak terlihatnya, media teknologi AS sampai berkelakar menyebut rumah ini cocok dijadikan sebagai tempat persembunyian musuh James Bond.

Meski sudah menjadi miliuner dengan kekayaan lebih dari USD 1 miliar, Jack tetap tampil sederhana. Contohnya, dia lebih senang naik bus umum untuk berkantor setiap hari, ketimbang menyetir mobil sendiri.

Alasannya, dia bisa lebih mengenali lingkungan sekitarnya. Tak jarang, dengan melihat langsung keadaan sekitar, dia juga kerap mendapatkan inspirasi.

Menghabiskan waktu untuk bermeditasi

Sebagai salah satu figur eksentrik di Silicon Valley, Jack Dorsey cukup gusar dengan harta yang dimilikinya. Ia bahkan sempat pergi ke Myanmar selama 10 hari untuk meditasi dan berpuasa internet di Myanmar.

Jauh dari kehidupan yang gemerlap, Jack Dorsey menghabiskan perayaan ulang tahunnya dengan cara bermeditasi. Di sana ia mempraktikkan teknik yang menurutnya akan "meretas lapisan pikiran yang paling dalam dan memprogramnya kembali."

Selama di Myanmar, Dorsey tinggal di Dhamma Mahimã, pusat meditasi kuno bernama vipassana di kawasan Pyin Oo Lwin. Tak ada hotel berbintang lima atau fasilitas mewah, Dorsey hanya tidur di kamar sederhana dengan bantal tanpa kasur.

Tak bisa melakukan hal-hal pada umumnya seperti berolahraga atau mendengarkan musik, tentu cukup menyulitkan. Namun baginya, berlatih meditasi seperti ini memberikan ruang kecil untuk menenangkan diri. 

"Waktu yang saya ambil untuk melakukan ini memberikan begitu banyak kembali kepada saya dan pekerjaan saya," katanya.

Selama dua tahun, dirinya berfokus dengan meditasi vipassana. Hal ini menjadi satu-satunya cara bagi Dorsey untuk menghilangkan tekanan pekerjaan dan stres selama 20 tahun lamanya. 

"Gaya hidup yang lebih sehat pada akhirnya membuat saya lebih kreatif dan memungkinkan saya untuk berpikir lebih kohesif," kata Dorsey.