Diekspor ke China dan Dibanderol Mahal, Masker di Indonesia Langka
ILustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Virus corona yang menyebar dan menimbulkan kehebohan baru di daratan China telah menelan korban hingga ratusan jiwa. Virus yang menyerang saluran pernafasan ini juga membuat masker di Negeri Tirai Bambu laku keras.

Alasannya, masker dianggap sebagai salah satu cara untuk menekan laju penyebaran virus dan dampak yang ditimbulkan. Kini, China bakal mengimpor masker dari berbagai negara termasuk Indonesia.

"Demand dari masker itu luar biasa. Karena sekarang sampai 3 bulan ke depan masker ini sudah di-absorb sama China," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada wartawan di Jakarta, Senin, 3 Februari.

Meski Airlangga melihat ada peluang dari impor masker tersebut, ia meminta produsen masker untuk tetap memperhatikan ketersediaan barang di Indonesia karena ia khawatir kita malah kehabisan masker.

"Negara seperti kita juga harus menyiapkan kuota (masker) untuk dalam negeri jangan sampai semua diserap dan dalam negeri enggak kebagian," tegas dia.

Hanya saja, permintaan Airlangga ini tampaknya terlambat. Sebab, sejak berita penyebaran virus corona marak, masker seperti barang langka yang sulit dicari. Hal ini diamini oleh Sekretaris Jenderal Himpunan Pedagang Pasar Pramuka, Yoyon.

Menurutnya, di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, keberadaan masker mulai menipis karena sudah mulai jarang sales yang mengantar masker terutama yang berjenis N95.

"Dari sales sendiri tidak mendapatkan, menyuplaikan ke Pasar Pramuka. Jadi antartoko yang nyari-nyari. Secara resminya itu bisa dibilang tidak ada lagi (supply)," kata Yoyon kepada wartawan saat dihubungi di Jakarta, Senin, 3 Februari.

Dia juga menjelaskan, sejumlah toko sudah tidak lagi menjual masker dengan jenis N95. Kalau pun ada yang menjual, harganya lebih mahal drastis ketimbang harga sebelumnya.

Jika sebelum penyebaran virus corona masker dijual seharga Rp200 ribu per kotak dengan isi 20 buah, kini, menurut Yoyon, satu kotak masker N95 bisa dijual hingga mencapai Rp1,3 juta.

Meski harganya melonjak karena langka, dia mengatakan, masih cukup banyak masyarakat yang mencari masker tersebut, terutama warga negara China yang tinggal di Indonesia dan ingin memberi bantuan bagi keluarga mereka yang ada di Negeri Panda tersebut dengan mengirimkan masker dari Indonesia.

Berkaca dari kelangkaan ini, Yoyon kemudian mengingatkan pemerintah agar memperhatikan kesediaan masker di Indonesia. Kata dia, tak ada masalah jika pemerintah ingin memberi bantuan termasuk mengekspor masker ke China.

Hanya saja, dia meminta, ketika pemerintah getol memberi bantuan pada negara lain, jangan sampai harga masker di negeri sendiri malah lebih mahal bahkan barangnya langka.

"Alangkah kasihannya kita, (negara) luar kita kasih bantuan kayak gitu sementara di sini harga melonjak di luar kewajaran karena kelangkaan masker itu sendiri," ujar Yoyon.

Diketahui, menggunakan masker belakangan dianggap sebagai solusi untuk mencegah penularan virus corona. Ada dua jenis masker yang biasanya digunakan untuk melakukan pencegahan terhadap virus ini, pertama masker N95 dan masker bedah.

Masker N95 merupakan jenis masker yang mampu menghalangi partikel besar maupun kecil yang mengandung virus. Masker ini dianggap bisa menyaring 95 persen partikel di udara.

Kedua adalah masker bedah atau surgical mask yang kebanyakan digunakan petugas medis saat merawat pasien mereka. Masker sekali pakai ini biasanya mudah ditemukan dan harganya lebih murah ketimbang masker N95.

Namun, di antara dua masker tersebut, masker berjenis N95 lebih direkomendasikan penggunaannya untuk mencegah virus corona. Alasannya, masker ini lebih efektif dalam menyaring berbagai partikel di udara dan dianggap lebih ketat dibanding masker bedah yang masih ada celah di bagian pipi.