Anker Twitter, dari Kopdar Hingga Sarana Pengaduan Pengguna KRL
Fikri Muhammad Ghazi, penemu komunitas @AnkerTwiter. (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kereta komuter menjadi moda utama transportasi masyarakat yang setiap hari bepergian dengan jarak jauh, baik menuju ke sekolah maupun tempat bekerja. Perjuangan berdesak-desakkan demi bisa masuk dalam gerbong, atau segala gangguan perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline dialami banyak pengguna. Pengalaman itu yang mendasari Fikri Muhammad Ghazi membentuk komunitas Anker Twitter.

Ghazi mulanya membuat akun komunitas tersebut dengan nama pengguna @AnkerTwiter. Akun @AnkerTwiter awalnya dipromosikan lewat akun pribadi Ghazi untuk merangkul pengguna kereta lain dan berbagi cerita sesama pengguna moda transportasi rel tersebut.

Waktu berselang, semakin bertambahnya follower di @AnkerTwiter membuat informasi dari pengguna semakin beragam. Per hari ini, tercatat follower akun Twitter yang dibuat sejak Juli 2018 tersebut mencapai 28 ribu.

Puluhan cuitan per hari berseliweran di profil akun ini. Mulai dari info kehilangan barang di dalam kereta, info gangguan kereta dari penumpang, kepadatan stasiun, keluhan fasilitas KRL, hingga informasi persebaran kucing di stasiun.

Untuk mempererat hubungan sesama anggota komunitas, Ghazi membuat grup telegram yang saat ini mencapai sekitar 1.400 anggota. Secara rutin sekali dalam sebulan, mereka menggelar kopi darat (kopdar) atau ngumpul bareng.

Titik kumpul saat kopdar berada di Stasiun Manggarai. Stasiun ini dipilih karena merupakan stasiun besar dan tempat transit berbagai rute kereta. Kegiatan kopdar dimulai dengan duduk lesehan di area peron, membentuk formasi lingkaran, lalu mulai berbagi cerita, atau sekadar "haha-hihi" bersama.

"Kami kopdar itu untuk mempererat ikatan sesama penumpang. Walaupun tujuan kereta kami beda jalur, tapi merasa senasib sepenanggungan kalau di atas kereta. Kami berkumpul untuk berbagi cerita," kata Ghazi saat berbincang dengan VOI beberapa waktu lalu.

Pekerja swasta yang tiap hari menaiki kereta jurusan Bekasi-Serpong ini menyadari, semakin lama banyak anggota Anker Twitter yang memiliki kapabilitas untuk mengembangkan komunitas menjadi wadah berkegiatan positif.

Oleh karenanya, saat ini komunitas Anker Twitter memaksimalkan kapabilitas anggotanya untuk melayani pengaduan pelecehan verbal maupun fisik di kereta. Mereka bekerja sama dengan PT Kereta Commuter Indoensia (KCI).

"Jadi, dari awalnya kami dari sekadar ngumpul-ngumpul, lama-lama kami berinisiatif membuka kanal pengaduan buat keluhan perjalanan KRL. Kami sekarang lagi merintis untuk kanal pengaduan pelecehan dan akan kami follow up ke KCI," ungkap Ghazi.

Pasalnya, berdasarkan survei Koalisi Ruang Publik AMAN (KRPA), sebanyak 46,8 persen responden surveinya di seluruh Indonesia mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di transportasi umum.

Pelecehan yang sering terjadi di transportasi umum datang dalam bentuk verbal, fisik dan non-fisik. Pelecehan itu bisa berupa verbal seperti siulan, suara kecupan, komentar atas tubuh, komentar seksual yang gamblang, komentar seksis, dan komentar rasis.

Kemudian, pelecehan dalam bentuk fisik adalah main mata, difoto secara diam-diam, diklakson, gestur vulgar, dipertontonkan masturbasi publik, dihadang, dipertihatkan kelamin, didekati dengan agresif secara terus menerus, dikuntit, disentuh, diraba, dan digesek dengan alat kelamin.

Karenanya, lewat komunitas @AnkerTwiter, Ghazi dan teman-temannya mengajak sesama pengguna KRL untuk lebih peduli dengan fenomena ini.

"Kami mengajak para pengguna untuk meningkatkan perhatian pada lingkungan sekitar, khususnya kepada sesama pengguna KRL. Dengan meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan, kita dapat membantu pengguna yang mungkin sedang mengalami pelecehan seksual namun tidak berdaya untuk keluar dari situasi tersebut," jelasnya.