Penelitian Ungkap Besarnya Sumbangan Emisi Gas Rumah Kaca dari China dan India
Gas emisi rumah kaca (Martin Sepion/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Upaya untuk mengurangi kadar emisi gas rumah kaca belum juga membuahkan hasil. Mirisnya, menurut studi teranyar, emisi malah meningkat drastis. India dan China jadi dua negara yang paling disalahkan atas meningkatnya kadar HFC-23 di atmosfer.  

Dikutip The Guardian berdasarkan laporan data tahun 2017 dari salah dua negara penghasil emisi terbesar di dunia, India dan China, mereka mengklaim berhasil menghilangkan hampir semua kadar gas emisi atau hydrofluorocarbon HFC-23 di atmosfer. 

Namun, data studi yang diterbitkan Nature Communications pada 2018 menunjukkan sebaliknya. Konsentrasi gas emisi --yang digunakan dalam kulkas, inhaler, dan pendingin udara-- dari kedua negara tersebut malah meningkat drastis. 

Padahal menurut Matt Rigby, peneliti dari Bristol University yang terlibat dalam studi ini, para akademisi menyimpan harapan besar untuk melihat adanya pengurangan besar gas emisi dari India dan China.

“Gas rumah kaca yang kuat ini telah berkembang pesat di atmosfer dalam beberapa dekade terakhir. Dan laporan-laporan ini menunjukkan bahwa kenaikan seharusnya sudah bisa dihentikan dalam waktu dua atau tiga tahun. Ini akan menjadi kemenangan besar bagi iklim,” kata Rigby. 

Para ilmuwan mengatakan adanya fakta yang malah menunjukkan meningkatnya gas emisi, merupakan sebuah teka-teki dan dapat berdampak pada protokol Montreal, yakni perjanjian internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon stratosfer.

Pasalnya, menurut peneliti utama dari studi ini, Kieran Stanley, meskipun India dan China belum terikat oleh perjanjian itu. Namun, apabila ada laporan pengurangan gas emisi dari mereka, hal itu akan menambah konsistensi kedua negara tersebut dalam menjaga emisi gas rumah kaca. 

Sementara itu Stanley memastikan bahwa lewat studinya tersebut, "China belum berhasil mengurangi emisi HFC-23 seperti yang dilaporkan (sebelumnya)." Selain itu, ia juga belum dapat memastikan apakah India sudah mampu menerapkan program pengurangan gas emisi tersebut dengan baik. 

Perlu diketahui, satu ton emisi HFC-23 setara dengan pelepasan lebih dari 12.000 ton karbon dioksida. Selain China dan India, Amerika Serikat juga menjadi penyumbang gas karbon dioksida terbanyak di dunia.