Ada Bahaya Menanti Bila Terlalu Penasaran dengan Bencana Alam
Jembatan Gantung Cawang yang putus di Bengkulu (dok BPBD)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) meminta masyarakat agar tidak menjadikan peristiwa alam sebagai tontonan. BNPB mengatakan, hal tersebut berpotensi menimbulkan bencana baru di lokasi peristiwa.

Peringatan itu menyusul insiden putusnya Jembatan Gantung Cawang di Bengkulu, setelah tak kuat menahan beban warga yang melihat banjir bandang. Setidaknya 30 orang yang berada di atas jembatan, tercebur ke dalam derasnya sungai yang meluap.

"Dari seluruh warga tersebut sembilan jiwa meninggal dunia, satu dinyatakan hilang dan 20 selamat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo dalam keterangan resmi, Senin, 20 Januari.

Insiden ini bukanlah kali pertama, masyarakat berkerumun untuk menonton bencana alam atau sebuah peristiwa. Peristiwa ini mengingatkan kita akan sifat dasar manusia yang penasaran dan ingin melihat sebuah kejadian.

Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah, Tantan Hermansyah menyebut fenomena ini terjadi karena ingin menjadi bagian dari sejarah. Apalagi, sejarah memang hanya mencatat momen khusus dan spesial, termasuk seperti saat bencana terjadi.

"Mereka yang 'kebetulan' ada pada waktu yang tepat, biasanya karena ada keinginan menjadi bagian dari peristiwa itu," tulis Tantan dalam pesan singkatnya kepada VOI.

Selain karena ingin menjadi orang yang mencatat sejarah, Tantan juga menyebut eksistensi menjadi alasan masyarakat ingin menyebarkan peristiwa yang ada di sekitar mereka. Apalagi, di tengah era media sosial seperti sekarang ini, setiap orang bisa dengan mudahnya memberikan atau menyebarkan berbagai informasi.

Hanya saja, yang jadi permasalahan adalah mereka tidak menyadari standar keselamatan saat akan mengabadikan momen bencana tersebut. "Karena mereka ini tidak profesional, kadang mereka tidak menyadari bahwa ada standar keselamatan yang harus mereka lalui. Jadi jika akhirnya mereka menjadi korban, karena hal-hal seperti itu," jelasnya.

Psikolog Kasandra Putranto justru punya alasan lain mengapa masyarakat gemar mengabadikan bencana hingga akhirnya membuat diri mereka celaka. Kata dia, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan.

"Umumnya (kejadian semacam ini) karena adanya keterbatasan pengetahuan dan kapasitas intelektual, sosial, dan emosional," ungkapnya.

Selain itu, saat ini tak ada aturan yang melarang masyarakat untuk menyaksikan dan menyebarkan video ataupun foto korban jiwa akibat kecelakaan maupun bencana alam.

"Kalau di luar negeri sudah diatur undang-undang. Jadi kalau menonton, menyaksikan, dan menyebarkan foto orang kecelakaan adalah pelanggaran," tutupnya.