Krisis Kepercayaan di Iran, Sejumlah Jurnalis <i>Resign</i>
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Saluran berita milik Iran, IRIB, kehilangan tiga pembawa berita. Salah satu di antaranya mengundurkan diri karena telah berbohong atas nama negara selama 13 tahun. 

“Sangat sulit bagi saya untuk percaya bahwa orang-orang kita telah terbunuh. Maafkan saya bahwa saya harus tahu seterlambat ini. Dan maafkan saya selama 13 tahun saya telah berbohong," kata Gelare Jabbari lewat akun Instagram pribadinya, yang kini sudah dihapus. 

Dikutip dari The Guardian, Selasa 14 Januari, dua pembawa berita lainnya, Zahra Khatami dan Saba Rad juga menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan penonton beritanya dan meminta maaf atas kesalahan mereka selama ini. Saba Rad bahkan mengatakan bahwa ia tidak akan kembali ke dunia jurnalisme. 

Pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh ketiga pembawa berita tersebut merupakan bagian dari krisis kepercayaan di Iran. Krisis kepercayaan di Iran muncul sejak otoritas Iran menyangkal pesawat jet Ukraina 752 yang jatuh akibat ditembak oleh anggota Korps Pengawal Revolusi Islam Iran. 

Krisis ini juga mengakibatkan beberapa kantor berita yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Iran mulai melakukan aksi protes di jalanan, atau paling tidak untuk mulai menyampaikan berita-berita yang ditutup-tutupi oleh Iran.

Tak hanya TV, surat kabar Iran juga sangat kecewa karena masalah ini. Bahkan, pembaca mereka kini beralih ke media internasional untuk mencari tahu kebenaran tentang kecelakaan itu. 

Surat kabar Etemad menuntut untuk mengetahui berapa lama Korps Pengawal Revolusi Islam Iran mengakui menembak jatuh pesawat Ukraina. Mereka juga ingin mengetahui apakah tokoh senior pemerintahan Iran benar-benar tidak diberitahu terkait penembakan pesawat tersebut. 

Etemad telah mengkritisi "kebohongan struktural" yang dibuat lembaga-lembaga di Iran serta kurangnya koordinasi antara otoritas penerbangan sipil negara dan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran. Etemad tidak hanya memaksa para pejabat untuk meminta maaf, tetapi juga untuk mengundurkan diri.

Asosiasi Jurnalis Iran yang berbasis di Teheran mengatakan dalam sebuah pernyataan, negara itu menyaksikan "pemakaman untuk kepercayaan publik" yang merusak reputasi media resmi Iran yang sudah goyah.

“Ada sedikit kepercayaan pada pemerintah dan orang-orang menginginkan lebih banyak kebebasan. Kebohongan yang mereka katakan tentang penembakan pesawat, membuat kepercayaan publik semakin hilang. Korps Pengawal Revolusi Islam tahu betul itu,” kata Ghanbar Naderi, seorang komentator di Press TV milik pemerintah Iran. 

“Jutaan orang turun ke jalan setelah pembunuhan Qassem Soleimani. Hal tersebut merupakan sesuatu yang jarang tetapi Korps Pengawal Revolusi Islam Iran merusaknya. Sebagai seorang jurnalis, Anda harus bisa tidur di malam hari. Saya tidak akan pernah menjauhkan diri dari kebenaran. Ini negara yang hebat. Negara ini telah membuat banyak kesalahan yang tidak bisa diterima. Jika Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menembak jatuh pesawat sipil, saya tidak punya pilihan selain mengutuknya," tambahnya. 

Kepala otoritas penerbangan sipil Iran, Ali Abedzadeh, merupakan salah seorang yang paling banyak mendapat kritik. Abedzadeh adalah orang yang paling vokal mengatakan bahwa pesawat Ukraina jatuh bukan karena pihak Iran. Bahkan Abedzadeh menekankan dari sudut pandang ilmiah pun kejadian tersebut mustahil. 

Namun beberapa hari kemudian, Pemimpin Iran Hassan Roubani mengakui bahwa jatuhnya pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang disebabkan oleh Iran. Roubani mengatakan bahwa rudal ditembakkan ke pesawat Ukraina karena salah mengira.