Bagaimana Modifikasi Cuaca Kurangi Potensi Banjir di Jabodetabek
Evakuasi warga dari banjir di Ciledug, Tangerang (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Operasi percepatan turunnya hujan menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) berhasil. Kolaborasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berhasil menurunkan intensitas hujan sedang-lebat di wilayah Jabodetabek.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menerangkan, semai yang diturunkan dari pesawat adalah zat higroskopis seperti garam dapur (NaCl) sebanyak 6,4 ton di bibit awan yang berpotensi turunnya hujan. Garam-garam tersebut harus berbentuk butiran halus dengan diameter 10-50 mikron.

Garam ini membentuk titik-titik uap air. Hujan buatan sangat dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya awan yang berada di atas wilayah yang membutuhkan hujan. Semakin banyak awan, maka semakin banyak pula rangsangan yang dapat diberikan. Hal tersebut juga mempengaruhi curah hujan yang akan turun.

"Berdasarkan laporan BPPT, hujan berhasil diturunkan di perairan barat laut dan barat daya Jabodetabek. Laporan ini merujuk pada data satelit yang menunjukkan wilayah terjadinya hujan," kata Agus kepada wartawan, 8 Januari. 

Melihat kegiatan TMC pada Selasa, 7 Desember lalu, pesawat CN 295 dan Casa 212-200 melakukan empat sorti penyemaian awan dengan cakupan wilayah barat daya, barat, barat laut.

Pada sorti pertama dengan menggunakan CN295, bahan semai NaCl sebanyak 2,4 ton disebarkan pada wilayah barat hingga barat daya Jabodetabek. Sorti berikutnya dengan Casa 212-200 dengan kapasitas semai 800 kg mendistribusikan bahan semai di perairan Selat Sunda. 

Sorti ketiga, bahan semai ditebar di barat laut Jabodetabek, sedangkan sorti terakhir dengan CN 295 bahan semai sejumlah 2,4 ton disemai pada wilayah barat hingga barat laut Jabodetabek. Melihat keberhasilan penurunan kuantitas hujan, pemerintah bakal terus melakukan operasi TMC untuk mengantisipasi cuaca ekstrem khususnya di Jabodetabek. 

Tapi, ada yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengoperasian TMC. TMC untuk penanggulangan bencana banjir di Jabodetabek dan sekitarnya tentunya harus memperhatikan pertumbuhan awan. Hal itu menjadi faktor penting yang harus terus dipantau secara berkesinambungan. 

"Oleh sebab itu, guna membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, BPPT bekerjasama dengan BMKG untuk analisis data cuaca yang tersedia dari radar Stasiun Meteorologi Cengkareng," ucap Agus. 

Sebagai informasi, operasi TMC melalui pesawat fixed-wings telah melakukan 20 sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl mencapai 32 ton. 

Penerapan TMC bertujuan untuk menurunkan hujan ke wilayah yang aman dan jauh dari permukiman penduduk atau sebelum awan memasuki kawasan padat penduduk, seperti di wilayah Selat Sunda atau Laut Jawa.

Hujan yang turun dimodifikasi dengan penggunaan Natrium Klorida (NaCl) yang ditebarkan ke bibit awan melalui pesawat Casa 212-200 dan CN-295. Jadi, hujan sejatinya tetap turun. Hanya saja lebih awal sebelum turun ke Jabodetabek.