Menakar Peluang Kekuatan Iran Bila Berseteru dengan Amerika Serikat
Siluet tentara Amerika Serikat (Twitter @DeptofDefense)

Bagikan:

JAKARTA - Hubungan antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) mendidih. Apalagi sejak Presiden Donald Trump menarik kesepakatan pengendalian Nuklir Iran yang digagas Obama pada tahun 2018. Belum lagi Trump juga menjatuhkan sanksi keras terhadap negara itu.

Pasca kejadian itu, berbagai konflik menyangkut kedua negara pun bermunculan, misalnya ketika Iran menyerang kapal-kapal tanker minyak di kawasan itu, kemudian insiden penembakan jatuh pesawat tak berawak AS lantaran Iran menganggap pesawat itu masuk ke wilayah mereka, dan insiden pemboman fasilitas minyak utama Saudi yang menyangkut kepentingan AS di sana.

Dan yang terbaru, AS memperparah eskalasi konfliknya dengan membunuh Jenderal Qasem Soleimani lewat serangan udara yang disetujui President Donald Trump pada Jumat, 3 Desember kemarin. Isu perang dunia ke-III tiba-tiba muncul dan langsung memanas di jagas sosial media. 

Pertanyaannya, apabila kedua negara ini memulai perang, siapa yang akan unggul?

Menurut situs Global Fire Power, Amerika Serikat berada di posisi paling wahid dalam urusan peringkat kekuatan militer. Sementara Iran berada jauh di bawah AS, kurang lebih di urutan ke 14 dari 137 negara-negara di dunia.

Secara rinci, jumlah dan manpower kekuatan militer AS jauh lebih unggul dari Iran yang hanya memililiki 1.281.900 personel militer. Belum lagi dari segi anggaran alutsista, AS punya angka yang terbilang fantastis yakni 716 miliar dolar AS atau sekitar Rp9 triliun.

Alutsista milik Amerika Serikat (Twitter @DeptofDefense)

Anggaran itu digunakan Amerika untuk mempercanggih alat utama sistem senjata (alutsista) mereka. Negeri Paman Sam ini ditenggarai memiliki rudal jarak jauh yang lebih maju dari Iran, seperti rudal Trdent D-5 dan rudal balistik antarbenua (ICBM). 

Kemudian yang paling mematikan, AS memiliki jumlah senjata berhulu ledak nuklir hampir sama dengan Rusia yang bila dijumlah lebih dari 90 persen senjata nuklir dimiliki kedua negara tersebut.

Proyeksi kekuatan AS juga ditopang dengan personel dari matra militernya selain angkatan darat, laut dan udara. Mereka punya tank tempur, proyektor roket, artileri otomatis, kendaraan lapis baja dan artileri derek yang jumlahnya mencapai 48.422. Sedangkan perlengkapan tempur mereka di udara sejauh ini tercatat ada 10.170 aset, dan 415 aset peralatan perang di angkatan laut. 

Menakar Kekuatan Militer Iran

Sementara itu Iran diperkirakan memiliki 523.000 pasukan aktif angkatan perang termasuk pasukan garda revolusi Iran IRGC. Namun dengan jumlah populasi mencapai 83.000.000 Iran diperkirakan masih bisa menambah pasukan sebanyak 47.324.105. 

Sementara itu untuk anggaran pertahanan, Iran jelas kalah telak dengan AS yakni hanya 6,4 miliar dollar yang bahkan tak sampai 1 persen anggaran pertahanan AS. 

Kekuatan peralatan perang daratnya tercatat sebanyak 8.577 yang terdiri dari tank tempur, proyektor roket, artileri otomatis, kendaraan tempur lapis baja, dan artileri derek. Sementara kekuatan udara Iran termasuk semua pesawat dan helikopter tercatat sebanyak 512 aset, dan punya 398 peralatan perang laut termasuk, kapal, kapal selam, dan ranjau perang. 

Untuk kendali serangan jarak jauh, tercatat Iran memiliki 12 rudal operasional, yang sebagian besar jarak pendek dan menengah. Sedangkan untuk yang alutsista jarak jauh seperti rudal antarbenua masih dalam pengembangan.

Iran juga memiliki senjata nuklir. Sekali pun badan energi atom internasional (IAEA) pernah menginspeksi program nuklir Iran pada 2015 yang menyatakan negara tersebut tidak memiliki senjata nuklir. Tetapi tak menutup kemungkinan bila Iran menggunakan reaktor energi nuklirnya untuk memproduksi senjata paling mematikan tersebut, sebagaimana dirangkum Express.uk.

Kendati demikian, kekuatan militer tersebut tidak bisa dijadikan variabel tunggal. Pasalnya, meskipun kekuatan militer Iran tak sekuat AS, negara tersebut punya jaringan yang kuat di proksi regionalnya dan punya aliansi yang sulit dibilang lemah yang bisa kapan saja mengancam AS.

Diwartakan Metro.uk, Iran memiliki hubungan yang kuat dengan Irak misalnya. Di mana, kelompok-kelompok milisi Syiah yang didukung Iran di sana punya puluhan ribu anggota. Kelompok itu ada setelah invasi pimpinan AS pada 2003. 

Alutsista milik Iran (dok. Wikimedia)

Kelompok-kelompok terkuat dan terlatih yang didukung Iran diantaranya Asaib Ahl al-Haq, Kataib Hezbollah, Harakat Hezbollah al-Nujuba dan Organisasi Badr. Beberapa kelompok Iran tersebut telah berperang di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad.  

Sementara di Yaman, gerakan Houthi yang mendukung Iran telah memerangi aliansi militer pimpinan Saudi di Yaman selama hampir lima tahun. Iran memperjuangkan Houthi sebagai bagian dari poros perlawanan regionalnya.

Arab Saudi dan sekutunya menuduh Iran mempersenjatai dan melatih Houthi. Namun Teheran tak mengakui bahwa mereka menyokong persenjataan untuk Houthi.  

Salah satu "ulah" Houthi yang pernah mengancam AS adalah ketika mereka mengklaim bertanggung jawab atas serangan ke tempat produksi minyak Saudi pada September 2019. Serangan itu mengakibatkan untuk sementara waktu memangkas lebih dari setengah produksi minyak Saudi yang merupakan sahabat AS. 

Hal ini pula yang membuat AS mengatakan, bahwa Iran juga turut berperan dibalik serangan itu. Seperti diketahui, Houthi memiliki sekitar 180.000-200.000 milisi di bawah kendali mereka menurut sebuah laporan Chatham House seperti dikutip tempo

Lalu yang terakhir "senjata rahasia" Iran adalah Kelompok Islam Palestina Hamas yang memerintah Gaza. Hamas digadang-gadang adalah milisi bersenjata yang kuat karena disokong dana dan militer Iran. Analis memperkirakan kelompok itu punya sekitar 30.000 milisi dan ribuan roket. 

Jadi, banyak variabel yang patut diperhitungkan agar bisa memprediksi lebih akurat siapa yang akan unggul apabila kedua negara tersebut perang.