Kala Menko PMK-Kepala BNPB Cecar Antisipasi Banjir ke Anak Buah Anies
Menko PMK dan Kepala BNPB Tinjau kondisi Pintu Air Manggarai (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memantau tinggi muka air di Pintu Air Manggarai. 

Di langit sore yang masih cerah, Muhadjir dan Doni tiba sekitar pukul 15.50 WIB. Pandangan mereka langsung tertuju pada tinggi muka air Manggarai yang mulai menurun pada angka 755 cm atau berstatus Siaga III. 

Menggunakan ponsel pribadinya, Muhadjir menangkap gambar proses pengangkutan sampah yang menumpuk di pintu air oleh mobil ekskavator, sebelum akhirnya dipindahkan ke mobil dump truck

Kepala Bidang Sungai dan Pantai Sistem Aliran Tengah Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum, turut mendampingi proses pemantauan yang dilakukan oleh kedua jajaran pemerintah pusat tersebut. 

Kepada Muhadjir dan Doni, Ika menjelaskan curah hujan tinggi dimulai pada 31 Desember 2019 pukul 20.00 WIB hingga 1 Januari 2020 pukul 08.00 WIB dengan tinggi muka air mencapai 925 cm. 

Kemudian, air sempat surut dari 1 Januari pagi hingga sore pukul 15.30 WIB. Kata Ika, muka air kembali naik sejak sore hingga 2 Januari dini hari pukul 01.30 WIB mencapai 965 cm dan berstatus Siaga I. Sore hari ini, permukaan air sudah mulai surut menjadi 750 cm dengan status Siaga III. 

Menko PMK dan Kepala BNPB Tinjau Pintu Air Manggarai (Diah Ayu Wardani/VOI)

"Setelah sebelumnya curah hujan tinggi, tinggi muka air naik lagi karena ada kiriman air yang datang dari Katulampa. Hingga sore ini, akhirnya situasi sudah aman karena air sudah kita buang ke laut," jelas Ika di Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Januari. 

Dampak dari pembukaan pintu air Manggarai ke laut, terdapat kawasan aliran Sungai Ciliwung yang masih tergenang, yaitu di Pasar Baru dan Jembatan Merah. Genangan tersebut mencapai 30 cm. 

Muhadjir lalu bertanya kepada Ika soal antisipasi tingginya permukaan air dan penanganan genangan. "Kalau kejadian serupa terjadi lagi apa yang harus dilakukan?" tanya Muhadjir. 

Ika menjawab, pihaknya mengandalkan proses pembuatan waduk yang dibuat oleh pemerintah pusat. "Sebenarnya kami menunggu Waduk Ciawi atau Sukamahi dari Kementerian PUPR pak," jawab Ika. 

Seakan tak puas mendengar jawaban Ika, Doni turut menimpali pertanyaan. "Jadi, kalau Waduk Ciawi sudah jadi (dibangun), tapi curah hujan tinggi di Jakarta seperti yang kemarin itu tetap banjir kan?" cecar Doni. 

Ik mencoba menerangkan lebih jauh. Anak buah Anies tersebut menjelaskan, sistem drainase yang dibuat di DKI memang sudah melewati batas penggunaan yang ditetapkan dalam masterplan pengendalian banjir. 

"Kalau saluran drainase kami kala ulangnya 25 tahun. Banjir yang terjadi kemarin itu, kala ulang drainasenya sudah lebih dari 100 tahun," jelas Ika. "Jadi, kalau hujan yang terjadi lebih dari kala ulang 25 tahun, ya akhirnya memang enggak cukup kapasitasnya, Pak."

Kondisi terkini pintu Air Manggarai (Diah Ayu Wardani/VOI)

Jadi, upaya penanganan yang saat ini bisa dilakukan Dinas SDA adalah membuka pintu air Manggarai agar aliran air lebih cepat mengalir ke laut. Mengingat, permukaan air laut juga sedang tidak pasang. 

Mendengar jawaban tersebut, Muhadjir kembali mengerenyitkan dahi. Ia menyinggung penumpukan sampah di pintu air yang mengakibatkan aliran air terhambat. 

Ika menjawab, pihaknya akan memaksimalkan Pengangkutan sampah oleh alat berat seperti ekskavator dan dump truck. Selain itu, cadangan bahan bakar minyak (BBM) juga sudah disiapkan. 

"Kami sudah antisipasi hal-hal seperti ini. Saat periode hujan seperti ini, kami sudah stok BBM dari Pertamina. Kami berusaha semaksimal mungkin pengangkutan sampah Manggarai diatasi dengan baik," imbuh Ika.