Hujan di Jabodetabek Bakal Diminimalisasi Pakai Pesawat
Tri Handoko Seto (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah punya jurus menghadang hujan untuk mengurangi nestapa warga agar tidak mengalami banjir berkepanjangan di Jabodetabek. Caranya, dengan melakukan modifikasi cuaca pada awan yang bergerak di daerah tersebut. 

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bakal meminimalisasi awan yang bergerak dari arah Lampung, Selat Sunda, hingga menuju Jawa. Pasalnya, aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada pertengahan Januari.

"Modifikasi cuaca ini akan menjatuhkan awan-awan yang bergerak menuju Jabodetabek untuk dijatuhkan di seluruh wilayah bagian barat laut Jabodetabek. Terutama di Lampung dan Selat Sunda," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis, 2 Januari. 

"Sekarang, kondisi Jabodetabek sudah sangat basah, banyak genangan di mana-mana. Kalau sampai terjadi hujan lebat, ini tentu akan menambah penderitaan kita," lanjut dia. 

Untuk merealisasikan pencegahan cuaca ekstrem tersebut, Seto bakal menggunakan pesawat Cessna jenis CN295 sebanyak 2 unit. 

Saat ini, BPPT masih melakukan persiapan pengoperasian pesawat. Paling lambat, besok pagi pesawat penangkal awan tersebut sudah bisa diterbangkan.

"Tugas kita adalah menjatuhkan awan itu, sehingga curah hujan di Jabodetabek akan berkurang secara signifikan. Target kita adalah mengurangi 30-50 persen hujan yang kira-kira akan jatuh di Jabodetabek," ucap dia. 

Seperti diketahui, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperkirakan potensi hujan lebat awal tahun masih akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan.

“Potensi hujan lebat 2-7 januari di Jabodetabek,” kata Dwikorita.

Prakiraan cuaca yang terjadi di Jabodetabek rata-rata diawali pada pagi hari berawan, siang hingga malam hujan. Meskipun sudah diprediksi, cuaca dapat sewaktu-waktu berubah karena anomali cuaca.

Kemudian, pergerakan aliran udara basah juga masih akan berlanjut pada Januari akhir hingga pertengahan Februari 2020.

"Aliran udara basah masuk ke Indonesia diperkirakan pada tanggal 10-15 Februari 2020 dan siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020," tutur Dwikorita. 

Lebih lanjut, sejumlah wilayah di Indonesia yang diprediksi akan terdampak hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tersebut meliputi Sumatera bagian tengah, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan hingga tenggara.