Fenomena turunnya salju di gurun Sahara menghebohkan banyak orang akhir-akhir ini. Wilayah gurun yang identik dengan cuaca panas bisa berganti dengan salju.
Cuaca buruk yang berlangsung di kawasan Afrika dan Timur Tengah mengakibatkan penurunan suhu hingga minus 3 derajat celcius. Inilah salah satu faktor penyebab turunnya salju gurun yang terik itu.
Kejadian langka ini sebenarnya pernah terjadi pada 2016. Kemudian terjadi lagi pada 2018, salju turun hingga mencapai ketebalan 40 centimeter. Waktu itu, salju turun di gurun Sahara, menyelimuti sebagian wilayah Aljazair.
Peristiwa alam ini diduga imbas dari tekanan tinggi udara dengan suhu rendah yang berpusat di area gurun, kemudian bereaksi dengan kelembaban yang tinggi lalu menimbulkan salju seperti yang dikutip dari Middle East Monitor, Kamis, 21 Januari.
اقرأ أيضا:
Menurut Laporan The Independence yang mengungkapkan fenomena serupa yang terjadi pada 2018 lalu mengutip pihak kantor cuaca dan perubahan iklim Inggris yang mengungkapkan hal senada.
Menurutnya, Cuaca dingin yang terjadi di dataran Eropa yang berlokasi di utara Sahara dapat mendorong udara dingin ke wilayah terpanas di Afrika itu. Tingkat kelembaban ini mampu memunculkan salju.
Para peneliti mempelajari perubahan cuaca di wilayah Sahara ini mendapati bahwa gurun sudah beruba secara signifikan selama seabad terakhir karena perubahan iklim.
“Hasil kami khusus untuk [penelitian cuaca] Sahara, tapi kemungkinan bisa diterapkan untuk grun lain di dunia,” ujar Profesor Sumant Nigam, ahli atmosfer dan kelautan dari University of Maryland.
Selain terjadi pada 2016 dan 2018, di gurun sahara pernah terjadi badai salju yang terjadi pada tahun 1979. Badai salju itu hanya berlangsung selama setengah jam. Akibatnya, lalu lintas di kawasan tersebut terhenti.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)