Di Tengah Pandemi COVID-19, Pasar Perumahan Primer di DKI Jakarta Naik 21,9 Persen
JAKARTA - Pasar perumahan di DKI Jakarta mulai meningkat meskipun kondisi perekonomian secara umum masih dibayangi kelesuan akibat pandemi COVID-19. CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, pergerakan penjualan rumah primer di DKI Jakarta pada kuartal II 2020 mengalami kenaikan nilai penjualan sebesar 21,9 persen (quarter to quarter), atau senilai Rp101,49 miliar setelah pada triwulan sebelumnya sempat drop sampai 33,3 persen.
Ali menjelaskan, tren peningkatan penjualan mulai terlihat sejak pertengahan Mei. Beberapa promo dan penawaran menarik dari pihak pengembang membuat pasar bergerak naik. Hal ini juga memperlihatkan bahwa sebenarnya pasar perumahan primer Jakarta masih menyimpan daya beli.
"Anjloknya penjualan pada triwulan sebelumnya diperkirakan lebih dikarenakan ketatnya PSBB yang dilakukan untuk mencegah pandemi. Terbukti sejak dilonggarkannya PSBB, pasar kembali mengalami pertumbuhan," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 14 Juli.
Namun, Ali mengatakan, meskipun masih ada tren kenaikan, pasar tetap harus waspada karena kondisi saat ini belum sepenuhnya membentuk pola pergerakan yang stabil.
Baca juga:
Dari total penjualan tersebut, kata Ali, segmen harga rumah di atas Rp2 miliar mendominasi sebesar 57,69 persen dan selebihnya merupakan rumah dengan harga Rp1 hingga Rp2 miliar sebesar 42,31 persen.
"Tidak ada penjualan rumah dibawah Rp1 miliar di Jakarta. Meskipun secara komposisi lebih rendah, namun peningkatan tertinggi terjadi di segmen harga Rp1 hingga Rp2 miliar sebesar 144,4 persen," jelasnya.
Sementara itu, kata Ali, tingkat penjualan rumah di segmen harga di atas Rp2 miliar juga mengalami peningkatan sebesar 11,1 persen. Dengan volume penjualan seperti itu membuat harga rumah rata-rata yang terjual pada kuartal II-2020 memerlihatkan pergeseran ke segmen yang lebih rendah dengan harga jual rata-rata Rp1.95 miliar.
"Ada indikasi awal terjadi pergeseran pembeli rumah baru di segmen besar di atas Rp2 miliar mengarah ke luar Jakarta, baik ke arah Barat maupun ke Timur. Pengembangan kawasan yang lebih baik di daerah penyangga Jakarta membuat pasar relatif mulai bergeser," jelasnya.