BI Ungkap Harga Properti Residensial di Kuartal IV 2024 Tumbuh Terbatas

JAKARTA - Bank Indonesia menyampaikan berdasarkan Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada kuartal IV 2024 tumbuh terbatas. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal IV 2024 yang tumbuh sebesar 1,39 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III 2024 sebesar 1,46 persen (yoy).

"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan kenaikan harga pada rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing tumbuh sebesar 1,84 persen yoy dan 1,31 persen yoy,” tulis hasil survei tersebut, dikutip Minggu, 16 Februari.

Sementara itu, harga rumah tipe besar menunjukkan peningkatan dari 1,04 persen yoy menjadi 1,46 persen yoy pada kuartal IV 2024. 

Secara spasial, IHPR di 18 kota mengalami peningkatan secara tahunan, dengan 10 kota tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan.

Perlambatan pertumbuhan terbesar terjadi di Kota Pontianak dan Banjarmasin dari masing-masing sebesar 3,34 persen yoy dan 1,57 persen (yoy) pada kuartal Ill 2024, menjadi 2,82 persen yoy dan 1,29 persen (yoy) pada kuartal IV 2024.

Sementara itu, harga rumah di beberapa kota tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama di Kota Surabaya, yang tumbuh dari 0,73 persen (yoy) menjadi 1,09 persen (yoy). 

Akselerasi harga yang cukup besar juga terjadi di Kota Balikpapan dan Pekanbaru, dari masing-masing sebesar 1,22 persen (yoy) dan 2,47 persen (yoy) menjadi 1,49 persen (yoy) dan 2,64 persen (yoy).

Secara kuartalan, IHPR di pasar primer pada kuartal IV 2024 juga tumbuh sebesar 0,19 (qtq), lebih rendah dari 0,27 persen (qtq) pada kuartal sebelumnya.

Perlambatan harga rumah tersebut disebabkan oleh pertumbuhan harga tipe rumah kecil dan menengah pada kuartal IV 2024 masing-masing sebesar 0,23 persen (qtq) dan 0,17 persen (qtq), lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

Perlambatan harga rumah tersebut disebabkan oleh pertumbuhan harga tipe rumah kecil dan menengah pada kuartal IV 2024 masing-masing sebesar 0,23 persen (qtq) dan 0,17 persen (qtq), lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, perkembangan harga rumah tipe besar pada kuartal IV 2024 relatif stabil sebesar 0,19 persen (qtq). Secara spasial, IHPR di 18 kota juga tumbuh positif secara triwulanan, meski tercatat melambat di 11 kota yang disurvei.

Perlambatan harga properti residensal terbesar terpantau di Kota Pekanbaru dari tumbuh 1,35 persen (qtq) pada kuartal III 2024 menjadi 0,26 persen (qtq) pada kuartal IV 2024, diikuti oleh Kota Medan dari 0,68 persen (qtq) menjadi 0,10 persen (qtq), dan Kota Bandung dari 0,65 persen (qtq) menjadi 0,12 persen (qtq).

“Perkembangan harga properti residensial yang melambat pada triwulan IV 2024 sejalan dengan inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar untuk Barang Konstruksi yang tumbuh lebih rendah, dari 0,80 persen yoy pada triwulan III-2024 menjadi 0,72 persen,” tulisnya. 

Dari sisi penjualan, Denny menyampaikan hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV 2024 menurun, terutama rumah tipe kecil dan menengah, di tengah peningkatan penjualan rumah tipe besar. 

"Secara keseluruhan, pertumbuhan penjualan properti residensial tercatat kontraksi sebesar 15,09 persen (yoy), ujarnya. 

Sementara dari sisi pembiayaan, Denny menyampaikan survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 74,38 persen. 

Menurutnya dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 72,54 persen dari total pembiayaan.