Rutte Serukan NATO Ubah Pola Pikir dan Tingkatkan Anggaran Pertahanan untuk Hadapi Tantangan

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte menyerukan perubahan pola pikir negara anggota aliansi serta peningkatan anggaran pertahanan, saat menilai mereka belum siap menghadapi tantangan mendatang, menyebut Rusia dan China.

Sekjen NATO pada Hari Kamis memperingatkan, aliansi pimpinannya belum siap menghadapi ancaman yang akan mereka hadapi dari Rusia dalam beberapa tahun mendatang.

Rutte mengatakan pengeluaran di masa mendatang harus jauh lebih tinggi dari target aliansi saat ini sebesar 2 persen dari kekayaan nasional yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB).

"Rusia sedang mempersiapkan konfrontasi jangka panjang, dengan Ukraina dan dengan kami," kata Rutte dalam pidatonya di Brussels, Belgia, dilansir dari Reuters 13 Desember.

"Kita belum siap menghadapi apa yang akan terjadi dalam empat hingga lima tahun ke depan," lanjut Rutte.

"Sudah saatnya beralih ke pola pikir masa perang, dan meningkatkan produksi pertahanan serta pengeluaran pertahanan kita," tandasnya.

Aliansi tersebut memperkirakan 23 dari 32 anggotanya akan memenuhi target 2 persen tahun ini.

"Selama Perang Dingin, orang Eropa menghabiskan lebih dari 3 persen PDB mereka untuk pertahanan. Kita akan membutuhkan lebih dari 2 persen," jelasnya.

Diketahui, anggota NATO menghadapi tekanan baru dengan Presiden terpilih AS Donald Trump meminta sekutu membelanjakan 3 persen PDB untuk pertahanan.

Rutte mengatakan aliansi tersebut harus meningkatkan produksi pertahanan, menyerukan kepada pemerintah untuk "berhenti menciptakan hambatan antara satu sama lain dan antara industri, bank dan dana pensiun".

"Ada uang di atas meja, dan jumlahnya akan terus bertambah. Jadi, beranilah berinovasi dan ambil risiko," katanya dalam pesan kepada industri pertahanan.

Di sisi lain, Rutte memperingatkan tentang ambisi Tiongkok, dengan mengatakan Beijing secara substansial membangun kekuatannya "tanpa transparansi dan tanpa batasan".

Kepala NATO juga memperingatkan tentang "kampanye terkoordinasi untuk mengacaukan masyarakat kita" termasuk serangan siber dan upaya pembunuhan.