Rezim Assad Gunakan Metode Penyiksaan di Lebih 50 Penjara

JAKARTA - Selama pemerintahan rezim Bashar al-Assad yang tumbang di Suriah, ribuan orang mengalami penyiksaan di puluhan pusat penahanan, termasuk di luar penjara Sednaya.

Sejak pemberontakan dimulai pada Maret 2011, rezim Assad yang terjungkal dilaporkan telah menyiksa dan membunuh ribuan orang. Namun, diperkirakan jumlah korban yang tidak terdata mencapai puluhan ribu.

Dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 11 Desember, menurut Syrian Network for Human Rights (SNHR/Jaringan Suriah untuk HAM), pasukan rezim menahan setidaknya 1,2 juta warga Suriah selama perang saudara dan menyiksa mereka dengan berbagai metode.

Meskipun rezim mengumumkan lebih dari 20 keputusan amnesti selama perang, organisasi hak asasi internasional menyatakan bahwa rezim terus menahan warga Suriah.

Berbagai laporan dari organisasi internasional menekankan bahwa banyak tahanan yang tewas akibat penyiksaan.

Kantor Berita Turki Anadolu mengumpulkan rincian tentang pusat-pusat penyiksaan dan metode yang digunakan di bawah rezim Baath yang telah berkuasa selama 61 tahun.

Menurut laporan eksklusif SNHR untuk Anadolu, pusat-pusat penyiksaan rezim dikelompokkan sebagai penjara sipil, penjara militer, pusat penahanan rahasia yang tidak resmi, dan pusat interogasi unit keamanan.

Ada lebih dari 50 pusat semacam itu yang tersebar di hampir semua provinsi di negara Suriah.

Penjara di bawah Kementerian Dalam Negeri

Di kota-kota yang dikuasai kelompok-kelompok yang menggulingkan rezim Baath, tindakan pertama mereka adalah membebaskan para tahanan. Sebagian besar dari mereka adalah anggota oposisi.

Para tahanan dibebaskan dari penjara-penjara besar, termasuk Penjara Pusat Aleppo, Penjara Pusat Hama, Penjara Pusat Adra di Damaskus, Penjara Pusat Homs, dan Penjara Pusat Suwayda.

Namun, tahanan di penjara pusat Tartus dan Latakia masih menunggu pembebasan.

Puluhan ribu orang disiksa selama bertahun-tahun di penjara militer yang berada di bawah Kementerian Pertahanan rezim Bashar al-Assad itu.

Di antara penjara-penjara tersebut, Sednaya, Mezzeh, dan Qaboun di Damaskus, serta Al-Balloon dan Tadmur di Homs menonjol sebagai pusat penyiksaan yang parah.

Banyak tahanan yang dipenjara di sana tidak pernah terdengar lagi kabarnya.

Setelah kelompok bersenjata menggulingkan rezim, para tahanan di Mezzeh dan Qaboun juga dibebaskan.

Penjara Mezzeh, yang terletak di bandar udara militer Distrik Mezzeh di Damaskus, dikelola oleh unit intelijen militer di bawah Kementerian Pertahanan.

Pusat penahanan rahasia dan tidak resmi

Ada juga pusat-pusat di mana rezim menahan lawan-lawan politiknya, namun pusat-pusat ini praktis bersifat rahasia.

Menurut SNHR dan organisasi hak asasi lainnya, tujuan dari pembentukan pusat penahanan rahasia ini adalah untuk melakukan penyiksaan yang lebih parah.

Mereka yang berakhir di dalam penjara penyiksaan ini hampir tidak memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.

Fasilitas-fasilitas ini beroperasi di bawah Divisi Keempat, yang dipimpin oleh saudara Assad, Maher Assad.

Pada awal 2012, rezim juga mengubah rumah, vila, dan stadion menjadi pusat penahanan. Salah satu fasilitasnya adalah Kamp Deir Shmeil di barat laut Hama.

Unit-unit keamanan yang terkait dengan rezim juga berperan aktif dalam mengoperasikan pusat interogasi dan penahanan.

Layanan keamanan terdiri dari empat layanan intelijen utama: Layanan Intelijen Militer (yang dikenal sebagai "keamanan militer"), Layanan Keamanan Politik, Direktorat Intelijen Umum (yang dikenal sebagai "keamanan negara"), dan Direktorat Intelijen Udara.

Layanan Intelijen Militer, dengan jaringan terbesar di negara itu, memiliki setidaknya 20 cabang.

Layanan Keamanan Politik memiliki cabang di sebagian besar provinsi, sementara Direktorat Intelijen Umum mengoperasikan enam kantor utama di Damaskus.

Direktorat Intelijen Udara menempati urutan kedua dalam hal penahanan setelah Layanan Intelijen Militer.

Dengan cabang di hampir setiap provinsi, direktorat ini sangat aktif di daerah-daerah yang memiliki bandara militer.

Unit-unit ini ditempatkan di bawah Biro Keamanan Nasional Suriah yang dibentuk pada tahun 2012.

Layanan Intelijen Militer, di bawah Kementerian Pertahanan, berfungsi sebagai badan utama yang bertanggung jawab atas penahanan.

Mereka yang ditahan di cabang-cabang ini biasanya dipindahkan ke pusat utama di Damaskus setelah beberapa hari, di mana mereka bisa ditahan selama bertahun-tahun.

Di seluruh negeri, unit-unit keamanan mengoperasikan lebih dari 45 cabang penahanan, dengan 18 di antaranya terletak di Damaskus.

Rezim menggunakan 72 metode penyiksaan yang berbeda

Menurut laporan SNHR, rezim Baath menggunakan 72 metode penyiksaan yang melibatkan kekerasan fisik, psikologis, dan seksual.

Rezim juga memaksa tahanan untuk bekerja paksa dan menjalani isolasi, melanggar hak asasi manusia dasar.

Penjara Sednaya, tempat puluhan ribu orang diyakini ditahan, memiliki reputasi terburuk di antara semuanya.

Setelah protes pada Maret 2011, Sednaya menjadi pusat penyiksaan, menahan puluhan ribu tahanan politik.

Setelah runtuhnya rezim Baath yang berkuasa selama 61 tahun pada 8 Desember, perhatian beralih ke nasib para tahanan di Sednaya.

Beberapa tahanan dilaporkan muncul di kamera keamanan namun tidak dapat ditemukan di area yang dapat diakses, menimbulkan kemungkinan bahwa mereka mungkin berada di kompartemen rahasia di bawah tanah.

Sementara tim terus menggali terowongan dan merobohkan dinding, orang-orang Suriah yang sudah bertahun-tahun tidak mendengar kabar dari orang yang mereka cintai berbondong-bondong menuju penjara, mencari jejak-jejak keluarga mereka.