Pertumbuhan Kredit dan DPK BTN Tumbuh di Atas Industri
JAKARTA - Di tengah kondisi biaya dana yang mahal dan sejumlah tantangan makroekonomi, penyaluran kredit BTN pada kuartal III-2024 tetap meningkat. Hal itu ditopang permintaan KPR Subsidi dan KPR Non-Subsidi, serta pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK yang tercatat di atas rata-rata industri perbankan nasional. Pencapaian tersebut, menunjukkan core business BTN yang bertumbuh sehat dan solid.
"Di tengah tantangan yang terjadi di sepanjang 2024, fungsi intermediasi BTN tetap berjalan optimal. Hal ini menandakan BTN mampu menjalankan salah satu tugas utamanya untuk turut menggerakkan ekonomi dan membuka akses pinjaman bagi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah," ujar Nixon LP Napitupulu melalui siaran pers yang diterima redaksi VOI, Jumat, 29 November 2024.
KPR subsidi masih menyumbang porsi terbesar terhadap keseluruhan portfolio kredit BTN. Hingga September 2024, perseroan menyalurkan KPR Subsidi sebesar Rp172,7 triliun. Sebanyak 75 persen debitur KPR Subsidi BTN merupakan kelompok milenial yang merupakan kategori usia produktif, sekitar 21 tahun hingga 35 tahun.
"Hal ini menandakan bahwa generasi muda Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah, masih menganggap rumah sebagai salah satu kebutuhan utama dan trennya masih akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional," kata Nixon LP Napitupulu.
Meski penyaluran kredit meningkat, BTN tetap menerapkan kehati-hatian dan mitigasi risiko yang ketat untuk menjaga kualitas kredit. Hal itu membuat rasio kredit bermasalah menurun. Penghimpunan dana dari pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan, begitu pula dengan peningkatan pengguna aplikasi BTN dengan adanya transformasi digital.
Hal itu membuat transaksi BTN Mobile mencapai Rp60,1 triliun selama sembilan bulan tahun ini. Selain BTN Konvensional, BTN Syariah juga mengalami pertumbuhan pesat dengan membukukan laba bersih Rp535 miliar pada kuartal III - 2024.
Dengan sejumlah pertumbuhan yang positif tersebut, BTN optimis pada 2025 akan menjadi lebih baik seiring dengan prospek makroekonomi yang akan lebih kondusif.