Uni Eropa Bantah Tuduhan Blokir Pengiriman Vaksin COVID-19
JAKARTA - Uni Eropa (UE) secara tegas mengatakan bahwa pihaknya tak melakukan pemblokiran terhadap pengiriman vaksin COVID-19 AstraZeneca ke Australia, Selasa, 6 April.
Bantahan dari UE keluar setelah AstraZeneca dikabarkan gagal memenuhi permintaan dosis yang dijanjikan kepada Eropa. Masalah ini mencuat sejak bulan Maret dan hingga sekarang persoalan tersebut masih memanas.
UE menyatakan bahwa pihaknya tak bertanggung jawab atas kegagalan AstraZeneca dalam menjalankan kewajibannya memasok vaksin ke negara lain, termasuk ke Australia.
Sedangkan Perdana Menteri Scott Morrison mengaku bahwa UE meminta Australia untuk mencabut izin ekspor vaksin. Di sisi lain tak ada respon atas surat permintaan pasokan vaksin dari Australia.
Ia mengatakan, jika UE bersedia melepas pemblokirannya terhadap pengiriman, ia akan kembali meminta 3,1 juta vaksin yang seharusnya sudah sampai di Australia pada akhir Maret.
Perseteruan UE dengan AstraZeneca
UE meluncurkan kontrol ekspor pada akhir Januari lalu. Sistem tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa produsen obat telah memenuhi kewajiban kontrak mereka sebelum ekspor komersial disetujui.
Perdana Menteri Italia Mario Draghi juga sempat mengatakan kepada para pemimpin UE lain bahwa mereka perlu mempercepat vaksinasi sekaligus memberlakukan konsekuensi terhadap perusahaan farmasi yang tak berhasil memenuhi dosis sesuai perjanjian.
Gagalnya pemenuhan jumlah vaksin yang dijanjikan kemudian menimbulkan adanya ketidakpuasan pemerintah UE terhadap AstraZeneca. Perusahaan mengurangi pengiriman vaksin yang pada Q1 diproyeksikan mengirim setidaknya 80 juta dosis menjadi hanya setengahnya dengan alasan sulitnya produksi.
Bantahan UE Terhadap Pemblokiran Vaksin
Juru bicara Uni Eropa Eric Mamer menyatakan bahwa tak ada upaya yang dilakukan untuk menghentikan 3,1 juta vaksin yang rencananya dikirim ke Australia. Ia juga mengatakan, bahwa satu-satunya keputusan UE terkait penolakan vaksin adalah pada awal Maret lalu.
“Dulu, pada saat itu hanya ada satu permintaan, yang telah ditolak, yang merupakan permintaan ke Australia tetapi untuk jumlah yang jauh lebih kecil (250.000 dosis) yang sudah ada sejak beberapa waktu lalu dan tidak ada perkembangan lebih lanjut sejak saat itu,” katanya dalam jumpa pers, Rabu, dikutip dari thenewdaily.
Sebagai informasi, pemerintah Australia saat ini tengah berjuang untuk melakukan vaksinasi. Namun keterlambatan datangnya 3,1 juta dosis vaksin AstraZeneca ke negara tersebut menghambat program vaksinasi mereka.
Selain terkait tepisan Uni Eropa yang dituding memblokir pengiriman vaksin COVID-19, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.