Andalkan Teknologi, Langkah Menjembatani Kesenjangan Layanan Perawatan Kesehatan
JAKARTA - Transformasi teknologi kesehatan di Indonesia saat ini perlu menjadi perhatian. Mengingat pentingnya hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia membuka dialog yang berfokus pada menjembatani kesenjangan dalam perawatan kesehatan.
Berdasarkan temuan laporan Philips Future Health Index (FHI) 2024 yang memetakan kemajuan Indonesia dalam transformasi kesehatan digital, hasil tahun ini menunjukkan bahwa para pemimpin layanan kesehatan telah menerapkan otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas serta mulai merasakan dampak positif dari perawatan virtual dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Di Indonesia, tiga dari empat pemimpin layanan kesehatan (76%) yang disurvei melaporkan bahwa kekurangan tenaga kerja menyebabkan penundaan dalam perawatan pasien merupakan masalah di organisasi mereka. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, para pemimpin layanan kesehatan telah menerapkan otomatisasi guna mengurangi beban administratif pada staf kesehatan dan menyederhanakan layanan bagi pasien. Semua pemimpin Indonesia yang disurvei juga melihat hasil positif dari layanan perawatan virtual, dengan manfaat yang mencakup peningkatan kapasitas untuk melayani pasien hingga jadwal kerja yang lebih fleksibel bagi para profesional kesehatan.
Maka, kedepannya, mereka menginginkan integrasi data yang lebih mulus dan penerapan kecerdasan buatan (AI) pada tingkat yang lebih tinggi untuk lebih memenuhi tuntutan perawatan.
"Inovasi dan teknologi telah menjadi kekuatan penting dalam transformasi layanan kesehatan di Indonesia. Dengan strategi transformasi kesehatan digital yang berjalan seiring dengan visi 'Indonesia Sehat 2025', kami bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia dan mewujudkan Indonesia Sehat," ujar Setiaji S.T., M.Si., Chief Digital Transformation Officer, Kemenkes RI dalam keterangan resminya.
"Kemitraan di seluruh ekosistem kesehatan sangat penting untuk membuka manfaat dari data dan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi," terangnya.
Dalam dialog yang melibatkan banyak pemangku kepentinganbersama Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), Roy Jakobs, Chief Executive Officer of Royal Philips dan Caroline Riady, Chief Executive Officer Siloam Hospitals Group, mereka menggarisbawahi perlunya rencana aksi yang kohesif bagi berbagai pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan berkontribusi lebih lanjut terhadap transformasi teknologi kesehatan di Indonesia.
“Sistem perawatan kesehatan menghadapi tekanan yang sangat besar untuk memberikan perawatan pasien berkualitas tinggi di tengah kurangnya tenaga kerja dan populasi pasien yang terus bertambah di berbagai belahan dunia,” kata Roy Jakobs, CEO Royal Philips.
“Di Philips, kami membantu mendorong perubahan sistemik untuk meningkatkan kapasitas di seluruh layanan perawatan kesehatan. Perubahan yang melihat teknologi, praktik klinis, pembiayaan, dan regulasi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Itulah sebabnya kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan dan perawatan serta pemerintah sangat penting, karena bersama-sama kita dapat membantu memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang, di seluruh lingkungan perawatan,” kata Roy Jakobs, CEO Royal Philips.
Dengan demikian, harapannya di masa yang akan datang, para pemimpin layanan kesehatan berkeinginan kuat untuk menjelajahi batas-batas baru dalam kecerdasan buatan (AI) agar dapat menciptakan efisiensi dan wawasan baru. Mereka telah menerapkan atau berencana menerapkan AI untuk mendukung keputusan klinis di berbagai layanan rumah sakit, termasuk pemantauan pasien di rumah sakit, perencanaan pengobatan, radiologi, dan pusat kendali klinis dalam 3 tahun ke depan. Sebanyak 74% berencana untuk berinvestasi dalam AI generatif dalam 3 tahun ke depan, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global (56%).
Para pemimpin perawatan kesehatan Indonesia juga melihat potensi transformatif dari wawasan (insights) berbasis data dan bertekad untuk mengatasi tantangan integrasi data yang dilaporkan oleh hampir semua pemimpin (98%). Untuk memanfaatkan inovasi terbaru termasuk AI, mereka melihat perlunya meningkatkan keamanan dan privasi data, memberikan lebih banyak transparansi tentang bagaimana data akan digunakan, dan meningkatkan akurasi data.
Agar layanan kesehatan tetap berkelanjutan, hampir semua pemimpin layanan kesehatan sepakat bahwa pengurangan emisi karbon dan dampak lingkungan dari layanan kesehatan harus menjadi prioritas utama bagi organisasi kesehatan (99% setuju) dan pemerintah (97% setuju). Pengadaan yang berkelanjutan (misalnya, peralatan yang sirkular) merupakan strategi utama yang saat ini diterapkan oleh para pemimpin layanan kesehatan (51%), dan 39% berencana menerapkannya dalam tiga tahun ke depan.
Dengan memahami kebutuhan para pemimpin layanan kesehatan, poin-poin utama dari dialog menyoroti dampak dari kontribusi setiap pemangku kepentingan terhadap kebutuhan pasien di Indonesia saat ini dan di masa depan, serta strategi bagaimana mereka dapat bekerja sama untuk mendorong kemajuan lebih lanjut. Para pemangku kepentingan sepakat mengenai perlunya rencana yang kohesif, yang mana dialog ini sebagai katalisator untuk langkah-langkah nyata dalam digitalisasi dan integrasi data di Indonesia guna meningkatkan kinerja dan ketahanan layanan kesehatan serta mendukung keberlanjutan dan dampak jangka panjang.
Astri R. Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, Industri layanan kesehatan di Indonesia berada pada momen yang krusial. Harapannya adalah terciptanya kerjasama yang kohesif menuju digitalisasi untuk mengatasi kesenjangan dalam tenaga kerja, wawasan data, dan keberlanjutan.