Pilkada Jawa Tengah, Perang Bintang di "Kandang Banteng"

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Jawa Tengah periode 2024- 2029 dipastikan akan berlangsung sengit. Banyak orang menyebut pilkada Jawa Tengah ini serasa perang bintang. Menyusul tampilnya 2 paslon berlatar Jenderal yang saling berhadapan.

Satu sisi Jenderal Bintang 3, Komjen Ahmad Lutfi berpasangan dengan Taj Yasin anak mantan ulama tersohor Kyai Maimoen Zubair yang didukung 13 partai Koalisi KIM Plus. Berhadapan dengan Jenderal Bintang 4, Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa berpasangan dengan Hendrar Prihadi mantan walikota Semarang. Meski hanya didukung partai PDIP sendirian, namun sudah menjadi rahasia umum Jawa Tengah adalah basis militan massa pendukung PDIP yang sudah teruji dalam beberapa kali pemilu perolehan suara PDIP selalu unggul di provinsi ini.

Riwayat kedua calon ini masing mesing mengesankan misal Ahmad Luthfi, adalah mantan Kapolda Jawa Tengah, rekam jejak kuat di dunia kepolisian. Luthfi adalah lulusan Sepa Milsuk Polri 1989 dan berpengalaman di bidang Intelijen. Luthfi pernah menjabat Kapolres Batang, Wakapolresta Surakarta, dan Kapolda Jawa Tengah terakhir menjadi Dirjen Kementerian Perdagangan 2024. Luthfi memiliki pengalaman panjang tangani isu-isu keamanan di Jawa Tengah.

Sementara Andika merupakan lulusan Akademi Militer 1987, menjabat berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Panglima Kodam XII/Tanjungpura, hingga Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) terakhir menjadi Panglima TNI pada 2021.

Jawa Tengah diprediksi akan menjadi medan pertempuran politik yang seru dalam Pilkada tahun ini. Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur siap bertarung memperebutkan kursi nomor satu. Ahmad Lutfi yang didukung oleh Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus), akan mewakili keragaman semua golongan pendukung. Apalagi pasangan Taj Yasin Maimoen, dari partai PPP sangat dekat dengan golongan Islam dan Nahdlatul Ulama. Taj Yasin juga mantan wakil Gubernur Jawa tengah sebelumnya, pasangan dari Ganjar Pranowo, sudah memiliki modal mengelola pemerintahan selama 5 tahun. Nama Taj Yasin sebenarnya sempat digadang akan berpasangan dengan calon dari PDIP. Namun akhirnya diambil oleh KIM sehingga urung diusung PDIP.

Sementara saingannya Andika Perkasa dan Hendrar Pribadi, meski hanya didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dari sisi dukungan keduanya tidak saling komplemen atau saling melengkapi karena berasal dari partai yang sama. Namun, PDIP sepertinya percaya diri mengajukan pasangan calon sendiri, hal itu diakui Juru Bicara PDIP, Nicho Hakim, saat dialog di kompas TV. Hal ini karena Jawa Tengah telah dikenal sebagai "Kandang Banteng," lokasi basis masa PDIP yang solid dan sudah berkali-kali penyelenggaraan pemilu PDIP selalu menjadi pemenang di Jawa Tengah.

Selain nama besar Andika yang cukup dikenal masyarakat luas, serta reputasinya dan nama baik sepanjang karirnya memimpin tentara hingga ke jenjang Panglima TNI cukup terjaga dan tak tercoreng. PDIP yakin bisa menandingi reputasi Ahmad Lutfi yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah, karena dia Kapolda Jawa Tengah dan didukung koalisi partai KIM Plus.

Kekuatan Koalisi KIM Plus, yang terdiri dari partai-partai seperti Gerindra, Golkar, PAN, PPP, dan partai-partai lain memiliki basis pemilih luas di berbagai daerah di Jawa Tengah. Dukungan koalisi ini memberikan keuntungan yang signifikan bagi pasangan ini dalam hal sumber daya, logistik, dan jaringan politik tersebar di seluruh wilayah provinsi.

Irjen Pol Ahmad Luthfi yang tak lagi menjabat Kapolda Jateng kini berstatus Perwira Tinggi (Pati) Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri per Juli 2024. (Humas Polda Jateng)

 

Ahmad Lutfi, seorang tokoh dengan latar belakang kuat di bidang keamanan dan pemerintahan, dipandang sebagai figur yang tegas dan mampu membawa perubahan nyata di Jawa Tengah. Sementara itu, Taj Yasin, yang merupakan putra dari tokoh agama terkemuka dan mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, diyakini akan membawa kekuatan elektoral yang tidak bisa diabaikan, terutama di kalangan pemilih Muslim tradisional.

Koalisi KIM Plus memberikan pasangan ini keunggulan dalam hal diversifikasi basis pemilih. Setiap partai dalam koalisi memiliki kekuatan di segmen pemilih yang berbeda, dari pemilih muda hingga pemilih di daerah pedesaan, dari kalangan agamis hingga kelompok ekonomi menengah. Kombinasi ini membuat kampanye Ahmad Lutfi dan Taj Yasin lebih inklusif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Sementara kekuatan PDIP dengan kekuatan basis massa yang militan dan solid di Jawa Tengah diyakini menjadi modal yang sangat luar biasa memenangkan pertarungan. PDIP sudah dikenal sebagai partai yang dominan di provinsi ini, dengan jaringan politik yang kuat dan berpengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat lokal.

Andika Perkasa, yang memiliki latar belakang militer dan mantan Panglima TNI, membawa figur yang kuat dan disiplin. Popularitas tinggi di tingkat nasional diharapkan dapat menarik simpati pemilih Jawa Tengah. Hendrar Pribadi, yang merupakan mantan Wali Kota Semarang dengan rekam jejak positif, memberikan pengalaman di pemerintahan daerah, memperkuat posisi di pengelolaan pemerintahan ke depan.

PDIP, dengan basis "Kandang Banteng", itu akan memberikan keuntungan besar untuk mobilisasi massa. Daerah-daerah basis PDIP, seperti Soloraya dan sekitarnya, dikenal loyalitas kepada partai PDIP, menjadi kekuatan tersendiri untuk Andika Perkasa dan Hendrar Pribadi. Kepercayaan diri PDIP dalam memobilisasi pemilih setianya memberikan pasangan ini peluang besar untuk memenangkan pertarungan politik ini.

Pertarungan Kekuatan Koalisi Lawan Basis Massa

Pertarungan antara pasangan Andika- Hendradi melawan Lutfi -Taj Yasin adalah pertarungan antara kekuatan basis massa dan pertarungan dukungan banyak koalisi. Pasti keduanya keduanya memiliki strategi kampanye yang komprehensif dan mengandalkan kemampuan menjangkau berbagai segmen pemilih.

Paslon Andika Perkasa (kanan) dan Hendrar Prihadi dari PDIP untuk Pilgub Jateng 2024. (Ist)

Kampanye keduanya akan menjadi medan uji antara kekuatan koalisi partai besar dengan soliditas dan loyalitas massa di "Kandang Banteng". Di satu sisi, koalisi besar KIM Plus akan berusaha untuk menarik pemilih yang lebih luas dan beragam, dengan menawarkan perubahan dan inovasi untuk masa depan Jawa Tengah. Di sisi lain, PDIP akan berupaya mempertahankan dominasinya dengan mengandalkan loyalitas pemilih yang sudah terbukti dalam sejumlah pemilu.

Ini merupakan pertarungan politik yang tidak bisa dianggap enteng. Ini juga akan menjadi pertarungan politik paling menarik di Indonesia, mempertemukan dua pasangan calon dengan dukungan politik yang sangat berbeda, namun sama-sama kuat. Apakah koalisi besar KIM Plus mampu menundukan dominasi PDIP di "Kandang Banteng" berikut loyalitas dan militansi.

Pengamat Politik Universitas Diponegoro, Nur Hidayat Sardini menilai pertarungan yang melibatkan perang bintang ini akan membawa konsekuensi pilkada terasa sedikit hangat. Terkait potensi, jika kedua kubu sampai membawa- bawa initusi masing-masing. Jika disaat bersamaan untuk kedua sampai memanfaatkan sarana prasarana dua institusi bisa jadi tak terelakan, itu akan berbahaya.

Sebab dua institusi keamanan itu sama sama memiliki jaringan infrastruktur dan perangkat hingga ke desa-desa. Mereka masing masing punya perangkat seperti Babinsa (TNI) dan Bhabinkamtibmas (Polri). "Dua-duanya bisa menjadi faktor pengawas, bisa juga menjadi faktor pemain. Semoga hanya faktor itu aja, tidak terjadi faktor penyalahgunaan jabatan atau abuse a power "kata Nur, saat bicara kepada televisi Kompas, 28 Agustus lalu. Sebab meski belum dimulai masa kampanye tetapi grengseng nya sudah terasa.