Profil Istri Ma’ruf Amin, Wury Estu Handayani dan 5 Fakta Menarik Tentangnya

JAKARTA – Nama Wury Estu Handayani menyita perhatian banyak orang ketika suaminya, Ma’ruf Amin dilantik menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada 20 Oktober 2019 lalu.

Wanita kelahiran 6 Maret 1975 itu dinikahi Ma’ruf Amin saat usianya 39 tahun.

Ketika dipersunting Ma’ruf Amin di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, 31 Maret 2014, Wury merupakan janda karena suami terdahulunya, Bangsdin M Noor meninggal sejak 2012. Dia menikah dengan suami pertamanya itu pada 14 April 1999 dan telah dikaruniai dua orang anak.

Sementara Ma’ruf Amin juga berstatus sebagai duda, setelah istri pertamanya Hj Siti Huriyah Wafat pada 22 Oktober 2013 dalam usia 67 tahun karena menderita penyakit liver.

Ma’ruf yang lahir pada 11 Maret 1943 di Banten, menikahi Wury pada usia 75 tahun. Melihat hal tersebut, perbedaan usia keduanya terpaut jauh, yakni 32 tahun.

Profil istri Ma’ruf Amin

Sebelum dinikahi Ma’ruf Amin, Wury sempat menempuh pendidikan di Akademi Kesehatan Gigi Poltekes Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dia juga pernah bekerja sebagai perawat gigi di sebuah puskesmas Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Jika dibedah lebih dalam, kata ‘Wury’ memiliki arti belakang, ‘Estu’ bermakna sungguh, dan ‘Handayani’ artinya memberi dukungan. Jadi, arti nama Wury Estu Handayani adalah seseorang yang sungguh memberikan dukungan dari belakang.

Arti nama Wury Estu Handayani sejenak mengingatkan kita soal semboyan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, “Tut Wuri Handayani” yang bermakna “dibelakang (seorang pendidik) harus bisa memberikan dorongan”.

Fakta menarik istri Ma’ruf Amin

Dihimpun VOI dari berbagai sumber, ada sejumlah fakta menarik terkait istri Wapres Ma’ruf Amin, Wury Estu Wulandari, antara lain:

1. ‘Korban’ percomblangan

Bisa dibilang, Wury adalah ‘korban’ percomblangan. Pernikahannya dengan Ma’ruf Amin bermula dari perkenalan yang dijembatani oleh Kiai Hidayat, atasan Wury dan sahabat Ma’ruf Amin.

Setelah bertaaruf dengan sangat singkat, keduanya merasa saling cocok dan memutuskan untuk segera menikah.

Caption

Perlu diketahui, setelah istri pertama Ma’ruf Amin, Hj Huriah Wafat, Ma’ruf tak ingin mengarungi rumah tangga untuk kedua kalinya.

Akan tetapi, karena desakan anak-anaknya yang merasa tak tega melihat sang ayah hidup dalam kesendirian sepeninggal belahan jiwa, akhirnya dia pun menikah, dan menjatuhkan pilihannya pada Wury Estu Wulandari.

Acara pernikahan mereka di halaman Masjid Sunda Kelapa, disaksikan langsung oleh Chairul Tanjung, Muhaimin Iskandar, Jusuf Kala, Hatta Rajasa dan sejumlah tokoh lainnya.

2. Terpaut 32 tahun

Usia Wury saat ini adalah 46 tahun. Sedangkan sang suami 78 tahun. Usia Wury 32 tahun lebih muda ketimbang Ma’ruf Amin.

Meski ada perbedaan usia yang cukup jauh, Wury dan Ma’ruf kerap terlihat mesra. Di akun Instagram pribadinya, Wapres Ma’ruf Amin beberapa kali sempat mengunggah momen kebersamaan dengan sang istri.

3. Menjadi single mother selama 2 tahun

Wury pernah menjalani kehidupan sebagai single mother selama dua tahun sebelum menikah dengan Ma’ruf Amin. Wury yang berasal dari Serang sudah mempunyai 2 anak perempuan.

4. Tampil stylish  

Cara berbusana Wury sama seperti istri para kiai lainnya, yakni sopan dan anggun dengan balutan hijab yang menutupi kepala. Dia juga tak ragu memadankan dengan setelan lainnya.

Hal ini terlihat saat Wury mendampingi Ma’ruf Amin di acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 pada 20 Oktober 2019 lalu.

Kala itu, Wury mengenakan kebaya panjang sampai lutu berwarna putih dengan detail brokat dan aksen button yang menonjol. Hal ini membuat Wury terlihat lebih kasual.

Dipadankan dengan kain Nusantra warna cokelat bercampur hiau mint senada dengan warna scarf segi empat, dan broach berwarna silver. Untuk mempermanis tampilannya, dia menenteng clutch hitam.

5. Menyuarakan kesetaraan gender

Wury Estu Handayani pernah menyampaikan, setengah kekuatan sumber daya manusia bangsa Indonesia adalah perempuan. Karenanya, sudah sepantasnya perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil peran dan manfaat pembangunan.

Hal tersebut disampaikan Wury saat berpidato dalam acara Puncak Peringatan Hari Ibu 2020 yang digelar secara virtual pada 22 Desember lalu.

Menurut Wury, urang ketidaksetaraan gender masih begitu nyata akibat kontruksi sosial yang banyak dipengaruhi budaya patriarki. Akibat konstruksi sosial tersebut, perempuan menjadi terpinggirkan dalam berbagai aspek pembangunan.

Jika kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dapat diperkecil, Wury mengatakan, sumber daya manusia Indonesia akan menjadi semakin kuat. Sebagaimana pembangunan nasional ditujukan utuk menyejahterakan masyarakat tanpa terkecuali.

Dia menambahkan, pembangunan sumber daya manusia juga ditujukan tanpa memandang suku, agama, ras dan latar belakang apa pun.

“Kemajuan bagi perempuan tidak hanya berguna bagi kaum perempuan saja, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Wury menyebut, keberhasilan perempuan dalam mendukung kemajuan bangsa sangaat nyata, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Para perempuan bertaruh nyawa di medan perang serta melakukan advokasi bagi kemajuan kaumnya dan bangsanya.

“Mulai dari tentara, politikus, akademisi, tenaga kesehatan, hingga ibu rumah tangga; perempuaan bahu-membahu bersama laki-laki membawa bangsa Indonesia menuju pintu kemerdekaan,” ujarnya.