Dukung Rantai Pasok Berkelanjutan, Menhub Tekankan Efisiensi Logistik Lewat Teknologi
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menekankan efisiensi sektor logistik melalui investasi teknologi. Hal ini untuk mendukung masa depan rantai pasok yang berkelanjutan.
“Yang terpenting adalah bagaimana kita lebih efisien, lebih kompak,” kata Menhub mengutip Antara.
Pemanfaatan teknologi itu di antaranya big data hingga artifisial intelegence yang dalam berkontribusi terhadap efisiensi sektor logistik.
Selain efisiensi, ia juga mendorong pelaku usaha logistik dan forwarder untuk meningkatkan jaringan tak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
Senada dengan Menhub, Ketua Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid dalam kesempatan yang sama mengungkapkan sektor logistik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi untuk mendorong kontribusi terhadap perekonomian lebih tinggi.
Selain itu, keberlanjutan juga merupakan hal yang penting untuk mendukung transisi energi menuju ramah lingkungan.
“Ke depan kami harus efisien dan nantinya akan tumbuh lebih dari apa yang sekarang ini lima persen, salah satu kuncinya dari logistik. Tanpa logistik yang baik dan efisien, ekonomi tidak bisa naik,” ucapnya.
Sektor logistik Indonesia pada 2023 berkontribusi 5,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan pertumbuhan tahunan mencapai tujuh persen.
Pertumbuhan itu didorong oleh peningkatan volume perdagangan, ekspansi infrastruktur dan adopsi teknologi baru dalam manajemen rantai pasok.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menjelaskan investasi dalam teknologi hijau dan solusi logistik merupakan kebutuhan mendesak.
Baca juga:
Ada pun penggunaan teknologi seperti artificial intellingence (AI) dan big data dalam manajemen rantai pasok, kata dia, menunjukkan efisiensi biaya operasional hingga 20 persen dan emisi karbon hingga 15 persen.
Pasar pengangkutan (freight) dan logistik global diperkirakan tumbuh sebesar 18,69 miliar dolar AS pada 2026 dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 4,4 persen.
Di Asia Pasifik, Mordor Intelligence menyebutkan ukuran nilai pasar logistik dan forwarder mencapai 3,55 triliun dolar AS pada 2024 dan diperkirakan mencapai 4,56 triliun dolar AS pada 2029.
Ada pun pengangkutan logistik mencakup penjualan jasa oleh perusahaan yang mengangkut barang dan komoditas melalui darat, laut, dan udara serta mencakup operator pergudangan, transportasi, pengiriman, hingga pengemasan.