Tak Cukup Seto, PSIM Yogyakarta Butuh Pemain Jempolan untuk Promosi ke Liga 1

JAKARTA – Kegagalan PSIM Yogyakarta untuk promosi ke Liga 1 di musim 2023-20245 membuat manajemen tim Laskar Mataram berbenah. Langkah pertama sudah diambil dengan menunjuk Seto Nurdiyantoro sebagai pelatih di Liga 2 musim 2024-2025.

Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin mengaku terkejut sekaligus senang dengan langkah gercep manajemen PSIM menunjuk Seto di tengah belum adanya kejelasan jadwal Liga 2 musim depan bergulir.

Sebab, dengan persiapan lebih awal dan matang, tim pelatih bersama manajemen bisa membentuk tim yang solid untuk mengejar tiket promosi ke Liga 1.

“Sebagai suporter, kita tentu berharap dengan persiapan lebih awal, pelatih bisa membentuk tim yang solid untuk menghadapi kompetisi musim depan,” ujar Muslich, Minggu 5 Mei 2024.

Meski demikian, dia menilai bahwa penunjukan Seto Nurdiyanto sebagai pelatih belum cukup untuk bersaing mengejar tiket ke Liga 1. Menurutnya, manajemen PSIM juga harus mendukung secara penuh, termasuk memberikan kewenangan bagi Seto dalam merekrut dan membentuk tim yang solid.

Muslich menegaskan, jika di Liga 2 musim 2024-2025 PSIM kembali memasang target lolos ke Liga 1, maka Seto harus dibekali materi pemain yang berkualitas dan mampu bekerja secara tim.

“Kita sih maunya punya tim yang lebih solid daripada musim lalu. Kalau dari segi teknis, kasta tertinggi itu kan Liga 1, kalau PSIM Liga 2. Jadi kalau ingin naik itu pasti harus pakai materi pemain Liga 1. Karena rata-rata tim di Liga 2 semua seperti itu,” terangnya.

“PSIM kalau menurut saya di Liga 2 ini sudah terlalu lama. Karena PSIM sudah memiliki infrastruktur yang memadai. Stadion sudah punya, animo penonton juga banyak. Apa harapannya? Ya harapannya PSIM itu bisa main di Liga 1,” sambung Muslich.

Sebagai wadah suporter PSIM Yogyakarta, kata dia, Brajamusti tentu punya tugas memberi dukungan kepada tim terlepas dari siapapun pelatih dan pemain yang ada. Meski demikian, dia meminta agar seluruh suporter Laskar Mataram tidak memasang ekspektasi yang terlalu tinggi di awal yang bisa membebani pemain.

“Tentu kita harus berkaca ke musim-musim sebelumnya. Ketika ekspektasi suporter terlalu tinggi di awal musim ternyata gagal lolos Liga 1. Semoga saja musim ini (promosi ke Liga 1) benar-benar terwujud,” tutup Muslich.

Dilansir laman resmi PSIM Yogyakarta, Seto Nurdiyantoro sendiri mengaku dengan kembalinya untuk menukangi Laskar Mataram di musim depan dianggap sebagai momen untuk kembali ke rumah, sekaligus momen balas budinya.

“Seperti kembali ke rumah. Di PSIM Jogja-lah saya memulai karier sebagai pesepak bola profesional, di PSIM Jogja juga saya memulai karier sebagai pelatih. Jadi seperti ada utang budi juga di PSIM Jogja,” ungkapnya.

Dia berharap, pada musim depan, dengan dukungan manajemen dan suporter, PSIM bisa mencapai target promosi ke Liga 1.

Seto sadar, untuk mencapai target promosi Liga 1 itu tidak gampang. Karena itu, dia mengajak seluruh elemen di balik Laskar Mataran turut bergotong-royong.

“Dukungan bukan hanya yang kasat mata, tapi juga doa dan spiritual, itu yang paling penting. Harapannya antara ikhtiar dan doa kita yang tak terlihat bisa berjalan beriringan dan tahun ini PSIM Jogja naik kasta,” kata Seto Nurdiyantoro.